BETANEWS.ID, KUDUS – Di sepanjang Jalan KH Turaichan Adjhuri 87, tepat di depan MA NU TBS Kudus, deretan pelajar dan warga tampak antre di sebuah gerobak sederhana. Bukan sekadar jajanan biasa, gerobak bertuliskan Rujak Ice Cream Suyitno ini menyajikan kuliner unik yang menggabungkan dua makanan yang biasanya dijual terpisah, antara rujak dan es krim.
Perpaduan yang semula dianggap aneh ini justru menjadi daya tarik utama dan kini menjelma menjadi salah satu kuliner unik Kota Kudus. Rujak Ice Cream ini pertama kali dirintis oleh Suyitno pada tahun 2007.
Baca Juga: Sepi Pembeli dan Retribusi Naik, Nasib Pedagang Pasar Bitingan Kudus Diujung Tanduk
Awalnya, ia hanyalah penjual es krim keliling. Namun, saat penjualan mulai lesu, Suyitno berpikir keras untuk menciptakan sesuatu yang berbeda. Ia pun mencoba mencampurkan es krim dengan rujak buah, ide yang kala itu nyaris tak terpikirkan orang lain.
Ternyata, eksperimen itu sukses besar. Rujak Ice Creamnya laris manis dan mulai dikenal luas. Namun, pada tahun 2022, karena kondisi kesehatan, Suyitno memutuskan untuk berhenti berjualan. Kini, sang anak, Erwin (19), dengan penuh semangat meneruskan usaha yang telah dirintis ayahnya.
“Bapak selalu bilang, jualan itu yang penting jujur dan kasih yang terbaik ke pembeli,” ujar Erwin saat ditemui beberapa waktu lalu.
Meski harga Rujak Ice Cream sudah naik dari Rp2.500 menjadi Rp8.000, pelanggan tetap setia. Menurut Erwin, yang membuat dagangannya berbeda adalah rasa manis, asam, dan dingin yang berpadu dalam satu sajian, serta penggunaan bahan-bahan segar setiap hari.
Buah-buahan yang digunakan adalah kombinasi rujak seperti timun, kedondong, pepaya, dan mangga, tapi disajikan dengan cara diserut, bukan dipotong. Serutan buah ini lalu disiram bumbu rujak khas dan diberi satu scoop es krim manis di atasnya.
Baca Juga: Renyah dan Laris, Produksi Bawang Goreng di Jepara Tembus 5 Kwintal Sehari
Hasilnya, tercipta harmoni rasa segar, pedas, dan dingin dalam satu gigitan, sebuah perpaduan tak biasa, namun justru digemari banyak kalangan.
“Alhamdulillah peminatnya masih banyak. Kami tidak pernah hitung jumlah porsi. Yang jadi patokan habisnya tabung es krim. Biasanya sehari habis dua tabung,” jelasnya.
Penulis: Elsa Putri Aprilia, Mahasiswa PPl IAIN Kudus
Editor: Ahmad Rosyidi