
*Catatan Edy Supratno di Malaysia
Di sela kegiatan resminya di kampus USIM dan Unisza di Malaysia (16-20 Maret), Edy Supratno, ketua STAI Syekh Jangkung mengamati hal-hal unik di sana. Berikut catatannya.
Syafiq, tour guide rombongan kami orangnya ramah. Muda dan energik. Dari dia kami jadi tahu terkait istilah-istilah atau hal-hal yang boleh atau hindari selama di Malaysia. Kami jadi tahu mengapa di jalanan Malaysia minim suara klakson kendaraan. Alasannya karena dianggap tidak sopan. Kami juga tahu mengapa di Malaysia pelat kendaraan bermotor tidak ada masa berlakunya. Sebab pelat tidak akan berganti. Soal pajak kendaraan ada stikernya sendiri. Beda sekali dengan Indonesia.
“Kalau nanti di hotel bapak dan ibu jangan sekali-sekali minta aqua ya,” pesannya.
Kami penasaran. Bukannya itu hal yang wajar? Di Indonesia ‘kan itu maknanya air putih dalam kemasan. Ternyata kalau di Malaysia istilah itu maknanya banci. Jadi khawatirnya kalau di hotel bilang minta aqua, maksud hati maunya minta air putih, tapi nanti yang datang hal berbeda.
Syafiq orang Melayu tapi mengaku keturunan dari Medan. Kakek neneknya dulu merantau dari Medan. Tapi sekarang sudah berwarganegara Malayasia.
“Di sini untuk menyebut janda itu perempuan terpakai. Tapi kalau bapak dan ibu bilang rondo, banyak orang Melayu yang paham,” katanya.
Menurutnya, lebih dari 70 persen orang Melayu di Malaysia ada hubungannya dengan Indonesia. Benarkah? Tanya saya dalam hati.
Pertanyaan itu mulai terjawab ketika kegiatan resmi di Universiti Sains Islam Malaysia (USIM). Di sela kegiatan seminar internasional itu saya dikenalkan kepada salah seorang dosen kampus setempat.
“Saya Edy. Saya dari STAI Syekh Jangkung, di Kabupaten Pati,” saya memperkenalkan diri.
“Oh iya?” tanyanya heran. “Saya keturunan Pati,” jawabnya.
Akhirnya, rencana hanya ngobrol singkat jadi panjang lebar dan kami relatif akrab. Dia berharap bisa bertemu dengan keluarganya yang ada di Pati.
Dosen USIM lulusan Inggris ini kemudian bercerita tentang keluarganya.
Ulasan yg menarik,di nanti kelanjutannya..
Sayang , sekarang ini seakan akan orang Malaysia tidak mengakui bahwa mereka berasal dari Jawa/ Sumatra dan pulau pulau lain.
Justru seakan akan mereka ingin menghapus jejak asal muasal mereka di tingkat global
Salken…. Joyokusumo, penulis novel online berlatar sejarah Nusantara