BETANEWS.ID, KUDUS – Hujan deras yang mengguyur Desa Prambatan Lor Gang 3 Nomor 115, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, sore itu, menemani Anita Rahmawati merajut benang aneka warna di dalam rumahnya. Di dekat ia merajut, beberapa tas tampak terpajang di sebuah meja.
Di tengah kesibukannya itu, Anita bersedia membagikan cerita awal mula dirinya memulai usaha tas rajut dengan brand Nitnot Project. Menurutnya, membuat tas rajut lantaran ketidaksengajaan melihat benang yang nganggur. Merasa iseng membuat tas rajut dan memposting di sosial medianya, Anita malah mendapatkan pundi-pundi rezeki.

“Cerita awalnya itu dari keisengan membuat rajut sendiri dan di-upload di status WhatsApp. Setelah itu muncul banyak orang yang minat dan hampir sepuluh orang pesan tas yang sama. Akhirnya mulai lah open PO untuk tas rajut ini,” kata wanita yang berprofesi guru di SD Negeri 2 Panjang itu.
Baca juga: Uniknya Tas Rajut dari Nitnot Project yang Penjualannya hingga Luar Jawa
Bakat merajut Anita memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Ibu dari tiga anak ini bahkan telah memulainya sejak masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar. Saat Anita masih usia muda, ia sering memperhatikan ibunya dan mempraktikkannya sendiri.
“Saya mulai rajut kan kelas 4 SD, karena dulu lihat ibu saya ngerajut. Setelah itu saya lama berhenti dan baru mulai setahun yang lalu pas lihat benang kok pingin buat sesuatu, ternyata jadi peluang usaha yang menguntungkan,” imbuhnya.
Di tempatnya, ia menyediakan berbagai model seperti sling bag, hand bag, dan tote bag. Sedangkan harga ia patok Rp130-300 ribu. Untuk sekali pengerjaan, Anita bahkan dapat menghabiskan waktu 2-3 jam.
Baca juga: Kisah Kevin, Sarjana Hukum yang Pilih Usaha Kuliner Ketimbang Rintis Karir di Pengadilan
“Kelebihannya itu kita bisa custom, bahkan ada yang cuma ngirimi gambar saja dan pingin dibuat mirip juga,” terangnya.
Hasil dari hobinya itu, Anita kini sudah punya pelanggan dari di Jawa, Bali, Sumatra, dan Kalimantan. Bahkan, ia juga kerap kewalahan saat mendekati momen Hari Raya Idul Fitri lantaran mendapatkan banyak orderan.
“Ramai-ramainya itu pas menjelang puasa, maksimal pemesanan 20 tas. Itu pun saya close order satu bulanan karena ini kan hand made,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin