BETANEWS.ID, KUDUS – Berbagai persoalan yang ada di Universitas Muria Kudus (UMK) mencuat saat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) melakukan audiensi dengan Bupati Kudus dan Ketua Yayasan Pembina UMK di Pendapa Kudus, Jumat (8/10/2021).
Di antara permasalahan yang disampaikan mahasiswa tersebut adalah terkait dengan dugaan pemilihan pejabat struktural di UMK yang terindikasi atas dasar like/dislike (suka atau tidak suka).
Yakni, tergantung siapa yang disenangi oleh Wakil Rektor I Sulistyowati. Bahwa siapa yang disukai WR I bisa menduduki jabatan struktural di UMK, tanpa melihat kompetensi yang dimiliki.
Baca juga : Begini Tanggapan Rektor UMK Terkait Tuntutan Mahasiswa
Menanggapi hal ini, Rektor UMK Darsono secara tegas membantah bila pemilihan pejabat struktural di kampus UMK sesuai dengan keingingan dari Wakil Rektor I.
“Kami menggunakan sistem gotong-royong saat memilih pejabat struktural. Tidak ada yang semena-mena. Legalitasnya juga sesuai kebutuhan kami untuk menata UMK. Demi memperkuat dan mempercepat kemajuan UMK,” katanya saat dihubungi betanews.id lewat sambungan telepon, Sabtu (9/10/2021).
Dalam memilih pejabat struktural, kata Rektor, berdasarkan parameter dan ada proses regulasi, seleksi, hingga pemilihan jelas. Pihaknya pun yang memimpin dalam proses pemilihan tersebut.
Kemudian mengenai Wakil Rektor I yang merangkap jabatan menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), menurut Darsono, hal itu boleh dilakukan. Terlebih ketika terjadi kekosongan kepemimpinan di dalam fakultas.
“Ini juga sambil menunggu pemilihan dekan baru. Sesuai aturan, kami ada pelaksana tugas,” ucapnya.
Bukannya tidak ada yang mumpuni menjadi Dekan FEB, Darsono mengungkapkan, bahwa dari hasil rapat pimpinan, dipilihlah Wakil Rektor I untuk menduduki posisi Dekan FEB untuk sementara waktu.
Pihaknya memastikan, tidak ada yang gegabah dalam pengambilan keputusan tersebut. Ada banyak pertimbangan matang demi menjaga dinamika di FEB tetap tenang.
“Bukan berarti belum ada yang mumpuni, tapi ada pertimbangan lain. Seperti harmonisasi dan penghindaran konflik. Dalam hal ini, kami juga berkonsultasi dengan yayasan,” terangnya.
Untuk selanjutnya, Darsono akan sesegera mungkin menemui mahasiswa dan menjalin komunikasi baik, seperti halnya hubungan antara bapak dan anak. Rektorat sendiri, menurutnya terbuka tanpa adanya batasan bila mahasiswa ingin menyampaikan aspirasinya.
Ia mengungkapkan, selepas adanya audiensi antara mahasiswa dan Bupati Kudus, pihak kampus sudah berkomunikasi dengan yayasan. Hasilnya, semua saling mengevaluasi.
“Tentunya dalam evaluasi, tidak bisa sekali ketemu. Proses tentu akan berjalan terus,” jelasnya.
Terpisah, Betanews.id mencoba melakukan konfirmasi terhadap Wakil Rektor I Bidang Akademik Sulistyowati, namun tidak ada jawaban. Saat dihubungi melalui pesan singkat WhatsApp, tidak ada balasan dari yang bersangkutan. Begitupun saat ditelepon. Meski berdering, Sulistyowati tidak menjawab panggilan.
Baca juga : Mahasiswa Tuntut Rektor UMK dan 3 Wakilnya Mundur
Diberitakan sebelumnya, para mahasiswa menduga bahwa pemilihan pejabat struktural di UMK terindikasi atas dasar like/dislike (suka atau tidak suka). Yakni, tergantung siapa yang disenangi oleh WR I. Bahwa siapa yang disukai Sulistyowati bisa menduduki jabatan struktural di UMK tanpa melihat kompetensi yang dimiliki.
“Ini terbukti dengan tes yang dinamakan korn ferry tidak terbuka dan tidak mengumumkan hasilnya, sehingga tidak ada satupun peserta yang tahu hasilnya selain panitia. Jadi yang diangkat bukan yang terbaik. Tapi terserah yang berkuasa atau bukan yang kompeten,” ujar M Alvin Rizqiya, Ketua BEM UMK.
Mahasiswa juga mengungkapkan, bahwa selama ini mereka merasa dibungkam. Tidak diberi ruang bebas untuk menyampaikan aspirasinya di lingkup kampus. Mereka juga menyebutnya sebagai pembungkaman demokrasi.
Editor : Kholistiono