Sore itu, suasana Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, tampak cukup ramai. Sejumlah warga terlihat beraktivitas di depan rumah, yang sebagian telah dikelilingi genangan air laut. Seorang pria berkaus biru terlihat tengah berdiri di depan rumahnya. Dia adalah Sayidi, tokoh masyarakat Desa Bedono, yang tengah menunggu kedatangan Tim Liputan Khusus Beta News.

Penampakan Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Foto drone: Kaerul Umam

Kepada Tim Liputan Khusus, Sayidi menjelaskan kondisi yang dialami masyarakat di desanya saat ini yang tengah resah diterjang abrasi. Dia menceritakan, pada tahun 1980 Desa Bedono ada 400 KK. Kemudian mulai tahun 1997 warga mulai berkurang, karena sejumlah warga dukuh yang masuk Desa Bedono memilih bedol desa ke tempat lain.

“Tahun 1997 tanah kami mulai kena abrasi, tanggul desa mulai jebol. Lama-lama abrasi masuk ke tambak, kemudian terus ke pekarangan, kemudian masuk ke rumah-rumah kami. Jadi tetangga kita di sebelah barat sudah pindah ke timur desa,” ujarnya.

Sayidi, tokoh Desa Bedono. Foto: Kaerul Umam

Sayidi mengatakan, di Desa Bedono ada dua dukuh yang warganya sudah melakukan relokasi, yakni warga Dukuh Tambaksari dan Senik Rejosari. Karena volume air laut terus semakin tinggi, warga tak terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka.

Lihat rumah kami, ini sudah di-urug dari permukaan air itu berjarak 60 senimeter enam tahun lalu. Kemarin sudah tenggalam lagi

Sayidi, tokoh Desa Bedono

“Lihat rumah kami, ini sudah di-urug dari permukaan air itu berjarak 60 senimeter enam tahun lalu. Kemarin sudah tenggalam lagi, berarti tiap tahunnya air ini naik sekitar 10 sentimeter lebih. Kemungkinan ini imbas pembangunan di Semarang,” keluh Sayidi sambil menunjukan kondisi halaman rumahnya yang sudah mulai tergenang air laut.

- advertisement -

Fahmi Bastian, Ketua Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Tengah, siang itu, menunjukan sejumlah data saat ditemui Tim Liputan Khusus Beta News. Melalui sejumlah berkas dan gambar di laptopnya, dia berbagi penjelasan tentang abrasi di wilayah pesisir Demak, khususnya di Kecamatan Sayung.

Fahmi, begitu dia akrab disapa, mengaku sudah lama mengikuti persoalan di pesisir daerah Kecamatan Sayung, Demak. Pihaknya sudah sejak tahun 2000 mengikuti perkembangan abrasi di sana.

“Konsen kami memang terkait penyelamatan lingkungan dan restorasi wilayah. Kami sudah lama mengikuti perkembangan abrasi di wilayah Demak,” kata Fahmi saat ditemui di kantor Walhi Jateng, Jalan Joblang Legok No. 50, Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.

Menurutnya, penyebab terjadinya abrasi di Sayung, karena ada perubahan iklim sehingga ketinggian air laut meningkat. Selain itu, sejumlah laporan menyebutkan, ada dampak bencana ekologi yang disebabkan perilaku manusia. Di antaranya perluasan wilayah Tanjung Mas dan reklamasi Pantai Marina. Hal itu menjadi satu faktor beberapa wilayan di Sayung Demak terkena abrasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini