BETANEWS.ID, DEMAK – Banjir yang melanda Kecamatan Karanganyar, Demak, akibat jebolnya tanggul Sungai Jeratun dan Sungai Wulan belum juga surut. Salah satu wilayah yang masih terendam banjir adalah Dukuh Kedung Banteng, Desa Wonorejo. Bahkan sejak kebanjiran pada Jumat (15/3/2024), sampai saat ini ketinggian air masih antara 50 centimeter hingga satu meter.
Letak geografis Dukuh Kedung Banteng yang serupa dengan mangkuk atau berbentuk cekungan, membuat banjir lama surut. Setiap tahun di saat musim penghujan, daerah itu menjadi langganan banjir.
Salah satu warga, Sholeh, mengatakan, meski beberapa desa di Kecamatan Karanganyar saat ini sudah surut, tapi saat ini kondisi banjir di rumahnya masih setinggi 20 centimeter. Dengan ketinggian air itu, kebanyakan warga masih bertahan di pengungsian.
Baca juga: Nelangsanya Korban Banjir Demak, Keluarkan Rp550 Ribu untuk Bersihkan Rumah Sehari
“Sebagian warga masih banyak yang di pengungsian. Di sini memang paling lama, karena di Kedung Banteng ini tempatnya paling rendah dan surut paling lama sendiri,” bebernya saat ditemui, Rabu (27/3/2024).
Ia memperkirakan surutnya air sampai satu pekan kemudian. Sebab, saluran air terhambat oleh bangunan jembatan yang membuat air tak bisa mengalir dengan baik.
“Kendalanya karena jembatan yang berada di bawah itu menghambat saluran air, akhirnya airnya melimpas ke sini. Seandainya jembatannya dibuat tinggi, air bisa mengalir dengan baik,” ungkapnya.
Warga lain, Subiyono, sampai saat ini juga masih mengungsi di tempat saudaranya di Kudus. Rumah yang masih terdapat endapan lumpur dengan ketebalan 5 centimeter belum dibersihkan.
Baca juga: Ada Perbaikan, Jalan Pantura Kudus-Demak Macet hingga Perempatan Kencing
“Saat ini masih mengungsi, ini pulang untuk bersih-bersih rumah. Karena belum bisa dibuat tidur, masih ada lumpur dengan ketebalan 5 centimeter,” ujarnya.
Ia menuturkan, awal banjir di sana mulai adanya intensitas curah hujan tinggi. Ditambah jebolnya tanggul Sungai Jeratun pada malam hari, air semakin tinggi, sehingga ia dan keluarga terpaksa mengungsi di Jumat (15/3/2024). Kemudian banjir semakin besar karena ditambah jebolnya tanggul di Dukuh Norowito atau Sungai Wulan pada Sabtu (16/3/2024).
“Waktu itu saya sudah mengungsi sejak jebolnya tanggul di Sungai Jeratun. Karena air sudah tinggi dan menyelamatkan barang-barang seperti kendaraan,” tuturnya.
Editor: Ahmad Muhlisin