BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi selatan jalan Dukuh Kauman, Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus tampak kebun green house. Di dalamnya, terlihat dipenuhi tanaman selada yang ditanam secara hidroponik. Di antara ribuan tanaman itu, tampak dua orang sedang memanen selada. Selada yang sudah dicabut dari media talang Pvc tersebut kemudian ditimbang dan diberikan pada pembelinya.
Tak berselang lama, datanglah pria mengenakan baju kotak-kotak warna merah ke kebun. Pria tersebut yakni Deni Saputra (29) pemilik Muria Farm. Pria yang akrab disapa Deni itu pun kemudian menyapa para pelanggannya. Setelah itu, dia pun sudi berbagi kisah tentang usaha yang dijalaninya kepada Betanews.id.
Dia menjelaskan, mulai terjun di dunia tanaman hidroponik sejak 2012. Awalnya, dia diajak oleh kakak pertamanya untuk mencoba bercocok tanam cabai secara hidroponik.
“Karena saya memang suka dengan dunia usaha, saya pun menyanggupi. Meskipun sebenarnya saat itu saya sudah kerja di bengkel AHAS Honda, sebagai kepala mekanik,” ujarnya, Rabu (3/5/2020).
Baca juga: Berawal dari Hobi, Kini Ida Bisa Jual Seribuan Kaktus dalam Sepekan
Mereka kemudian menyewa lahan seluas 800 meter persegi, serta membeli semua bahan untuk media tanam cabai secara hidroponik. Namun sayang, karena tidak punya bekal ilmu yang cukup, tanaman cabainya itu gagal total.
Akibat itu, lanjut Deni, sang kakak tidak mau melanjutkan usaha tersebut. Daripada peralatannya tidak terpakai, dia lantas memanfaatkannya untuk menanam melon di pekarangan belakang rumah. Namun, lagi-lagi usahanya itu gagal lantaran ia pindah tugas ke Rembang dan tanaman tidak terurus.
“Karena gagal lagi, tahun 2015 saya mengikuti pelatihan cara bercocok tanam hidroponik yang benar di Semarang,” ujar pria yang tercatat sebagai warga Kelurahan Wergu Kulon, Kecamatan Kota, Kudus tersebut.
Seusai mengikuti pelatihan, lanjutnya, ia kemudian memutuskan untuk menanam sayuran selada. Menurutnya, saat menanam selada itu hasilnya bagus dan bisa dibilang berhasil.
“Setelah berjalan setahun, tepatnya pada 2016 saya pun berhenti kerja. Saya putuskan untuk menekuni usaha tanam selada secara hidroponik. Dengan menyewa lahan seluas 500 meter persegi,” bebernya yang juga tergabung dalam komunitas hidroponik Kudus (KHK) itu.
Baca juga: Awalnya Ikut-Ikutan, Kini Bonsai Jadi Mata Pencaharian Ali Fadli
Merasa yakin dengan pertanian itu, 2017 lalu, Deni kemudian nekat utang ke bank sebesar Rp 900 juta untuk modal. Uang tersebut digunakan untuk sewa lahan 3 ribu meter persegi dan untuk bangun green house serta instalasi media tanam selada hidroponik.
“Dari lahan tersebut, kami hanya mampu membangun green house 1.300 meter persegi. Dari luas itu kami bisa memanen selada 60 kilogram setiap harinya, dengan harga selada Rp 23 ribu per kilogram,” ujarnya.
Menurutnya, target panen seladanya itu satu kwintal setiap hari. Namun, dengan hasil saat ini, dia tetap bersukur usaha yang ditekuninya kini sudah terlihat hasilnya. Bahkan peminat tanaman selada hidroponiknya tidak hanya orang Kudus saja. Mereka datang dari Jepara, Demak, dan Pati.
“Semoga saja usaha tanaman selada hidroponik kami makin berkembang dan makin besar. Serta semoga saja banyak masyarakat makin gemar mengkonsumsi sayuran, khususnya yang ditanam secara hidroponik,” pungkas Deni.
Editor: Ahmad Muhlisin
Agunan utang Bank nya lumayan nih. mantab kebunnya…sukses selalu
Modal 900jt gbs dijadiin contoh bossque