BETANEWS.ID, KUDUS – Siapa sangka, perempuan muda asal Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus ini mampu berdiri gagah di tengah gemuruh sorak sorai penonton pada BAC Asia 2025, yang berlangsung di China. Dia tak lain adalah Farikha Sukrotun Nikmah (29), wasit perempuan Indonesia yang dipercaya memimpin ajang internasional level Asia.
Wanita yang akrab disapa Farikha itu mengaku, BAC Asia 2025 merupakan pengalaman yang tak terlupakan dalam karir perwasitan yang pernah diraihnya. Mengingat perjalanan menjadi seorang wasit bulutangkis tak mudah, harus melalui proses panjang hingga dipercaya memimpin pertandingan sekelas asia.
Baca Juga: Sempat Menolak, Agus Kini Sudah 25 Tahun Dipercaya Jadi Pembuat Miniatur Kapal Lomban
Semua itu, katanya, bermula pada 2016 saat ia masih duduk di bangku kuliah semester 5 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Dorongan orang tua menjadi awal farikha meniti karir di dunia perwasitan bulutangkis.
“Awalnya saat masih kuliah pada 2016 di telpon bapak saya, dikabari kalau mau ada ujian wasit di tingkat kabupaten dan disuruh iku. kebetulan bapak juga wasit di Kudus. Akhirnya disuruh coba saja, siapa tahu ada peluangnya di situ. Akhirnya nurut sama bapak terus pulang ke Kudus ikut penataran di tingkat kabupaten,” bebernya, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (19/4/2025).
Sebab katanya, mulai dari kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar (SD), dia memang suka dengan badminton. Meski tak menjadi atlet, kegemarannya pada olahraga tepok bulu tersebut mengantarkannya menjadi wasit internasional.
“Dulu awalnya memang suka bulutangkis, cuma sebagai penonton saja,” katanya sambil tertawa.
Setahun setelahnya, ia lolos ke tingkat provinsi, lalu nasional. Di level nasional, Farikha harus melalui dua tahapan ujian wasit untuk nasional B dan nasional A. Penilaiannya tak hanya berdasarkan ujian tertulis, tapi juga kemampuan memimpin langsung di pertandingan.
“Standarnya makin tinggi setiap naik tingkat. Ujian praktik itu kita diamati saat memimpin di lapangan,” ungkapnya.
Menjadi wasit di turnamen internasional adalah buah dari proses panjang. Awalnya ia hanya mengantongi lisensi nasional. Tapi seiring waktu, Farikha mulai dipercaya di ajang internasional, dari yang kelas challenge hingga akhirnya tampil di Super 500 Indonesia Masters tahun 2024 dan 2025.
“Alhamdulillah di Maret 2025 kemarin juga dapat tugas di Indonesia Masters Super 500,” tuturnya.
Di BAC Asia 2025, Farikha mendapat kehormatan memimpin partai terakhir, ganda putra antara tuan rumah Chen Bo Yang/Liu Yi melawan pasangan dari Malaysia Aaron Chia/Soh Woo Yik. Tak hanya itu, di babak perempat final BAC Asia 2025, dia juga memimpin pertandingan antara Shi Yu Qi vs Loh Kean Yew.
“Sempat kaget dan pressure juga, karena ini partai terakhir dan tuan rumah. Tapi saya harus bisa tenang dan siap dengan segala kemungkinan di lapangan,” katanya.
Menghadapi berbagai karakter pemain dari berbagai negara menjadi tantangan tersendiri. “Ada pemain yang susah diatur, terus kalau di luar negeri kita harus siap dengan cuaca, makanan, dan waktu istirahat yang minim. Jadi harus pintar jaga kondisi,” ujarnya.
Di balik prestasinya sebagai wasit internasional, Farikha tetap membumi. Ia masih bekerja di toko besi di Hadipolo, di sela aktivitas perwasitan.
“Karena sistem kerjanya harian, jadi izin ke bos bisa fleksibel. Alhamdulillah bos dan teman-teman juga support,” ujarnya.
Baca Juga: Berawal dari Iseng, Atik Tak Menyangka Donat Karakter Buatannya Laris Manis Dicari Pembeli
Pertama kali menjadi wasit di usia 20 tahun, kini Farikha memiliki mimpi besar, bisa mengantongi lisensi tertinggi dari BWF (Badminton World Federation) dan memimpin pertandingan sekelas All England maupun Olimpiade.
“Masih ada dua tahap lagi, harus ikut Appraisal dulu dari Asia, baru nanti bisa ikut ujian BWF. Harapannya semoga terus diberi kesempatan (memimpin pertandingan bulutangkis kelas dunia) dan bisa upgrade diri,” imbuhnya.
Editor: Haikal Rosyada