31 C
Kudus
Jumat, April 18, 2025

Sempat Menolak, Agus Kini Sudah 25 Tahun Dipercaya Jadi Pembuat Miniatur Kapal Lomban 

BETANEWS.ID, JEPARA – Miniatur kapal yang menjadi tempat sesaji menjadi salah satu bagian pelengkap dalam pelaksanaan tradisi larungan kepala kerbau atau pesta lomban di Kabupaten Jepara. 

Agus Mardiko (53), Warga Kelurahan Ujungbatu, Kecamatan/Kabupaten Jepara menjadi sosok yang membuat miniatur kapal tersebut. Kini ia sudah 25 tahun dipercaya untuk membuat miniatur kapal. 

Baca Juga: Diikuti Ribuan Peserta, Pesta Lomban di Jepara Berlangsung Meriah 

-Advertisement-

Ia bercerita pertama kali membuat miniatur kapal pada tahun 2000. Pada saat itu ia diminta langsung oleh Lurah Ujungbatu yang menjabat di masa tersebut. Ia mengaku awalnya sempat menolak karena tidak memiliki basik sebagai pembuat kapal. 

Namun karena dipaksa, ia akhirnya menyetujui permintaan tersebut. Bermodalkan otodidak, ia merasa bangga sampai ini masih dipercaya untuk membuat miniatur kapal yang digunakan untuk larungan. 

“Pada saat itu sempat menolak karena saya merasa tidak mampu, tapi dari beliau tetap bersikuku menunjuk saya yang membuat replika. Akhirnya terus berlanjut sampai sekarang,” katanya saat ditemui di kediamannya, Minggu (6/4/2025). 

Untuk membuat miniatur kapal tersebut, ia membutuhkan waktu sekitar dua minggu. Pengerjaannya ia mulai pada pertengahan bulan puasa atau sekitar tanggal 15 ramadan. 

Dalam pembuatannya ia dibantu oleh 2-5 orang dengan anggaran sekitar Rp5,5 juta dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara. 

“Kami buat kapal awalnya di tengah bulan atau 15 hari saat bulan puasa. Kalau kendala alhamdulillah tidak ada. Pengerjaannya dibantu 2-5 orang, dan banyak juga anak-anak yang ikut bantu bikin,” katanya. 

Sebelum membuat miniatur kapal, ia mengatakan terdapat ritual khusus yang dilakukan. Seperti pembacaan doa dan melakukan puasa selama tiga hari. Namun, untuk pelaksanaan puasa, sejak awal ia sudah menolak. Sehingga hanya pembacaan doa yang ia lakukan. 

“Pada saat itu untuk puasa saya menolak tidak sanggup, pihak mantan Lurah Ujungbatu yang menjalani puasa, untuk doa-doa tetap ada. Do’anya itu rahasia, sehingga yang membuat itu yang mengetahui isi do’anya,” ujarnya. 

Baca Juga: Ikut Program Balik Gratis, Ratusan Pemudik dari Jepara Kembali ke Perantauan 

Dalam membuat kapal menurutnya terdapat tiga komponen yang tidak boleh ditinggalkan. Yaitu kain putih, pohon pisang raja, dan bambu apus. Ketiga komponen tersebut memiliki arti masing-masing. 

“Filosofinya pohon pisang raja itu diibaratkan rajanya setan atau raja penghuni laut, kalau pring apus ditusuk ke pohon bertujuan biar setan di laut  apes, nelaya melaut itu biar selamat,” jelasnya.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER