BETANEWS.ID, KUDUS – Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tanjungrejo saat ini tak optimal karena sebagian besar alat tak berfungsi. Beberapa di antaranya adalah alat pemilahan sampah, gas metan, magot, dan pembuatan kompos granul.
Kepala UPT TPA Tanjungrejo, Eko Warsito, menjelaskan, faktor sejumlah alat pengelolaan sampah yang ada tak berfungsi dikarenakan lokasi TPA saat ini sudah overload.
“Contohnya seperti gas metan itu sudah tertumpuk sampah, sehingga tak bisa difungsikan. Karena penyetoran sampah setiap harinya juga besar, sampai 175 ton, baik dari sampah pasar, rumah tangga, dan TPS,” bebernya, Selasa (31/12/2024).
Baca juga: Pasar Baru Kudus Jadi Titik Percobaan Pengelolaan Sampah
Volume sampah, kata dia, meningkat hingga lebih dari 200 ton per hari pada momen-momen tertentu, seperti Idulfitri, Dandangan, acara pernikahan, sunatan, konser musik, dan pengajian.
“Setiap momen besar, sampah yang masuk bisa bertambah 30-50 ton per hari dari hari biasa. Sampah ini masuk tanpa pemilahan, sehingga langsung menyebabkan penumpukan di TPA,” kata Eko.
Menurutnya, TPA Tanjungrejo punya luas 5,6 hektare dan 1.200 meter persegi digunakan untuk Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Penambahan alat berat berupa buldoser baru memang sangat membantu, tapi belum mampu mengatasi masalah ini.
“Kami memaksa satu alat berat untuk bekerja terus demi mengurangi antrean sampah. Jadi ada dua alat berat yang beroperasi, yaitu buldoser baru dan eskavator tua yang kami paksa bekerja,” ujar Eko.
Eko menjelaskan, sampah ditata menggunakan sistem kontrol landfill dengan memanfaatkan tanah uruk. Namun, biaya operasional yang tinggi menjadi kendala.
“Kontrol landfill membutuhkan banyak tanah uruk dan biaya yang tidak sedikit, sehingga kami harus memaksimalkan yang ada,” jelasnya.
Baca juga: Ini Alasan Dinas PKPLH Kudus Batasi Jam Operasional TPA Tanjungrejo
Maka dari itu, Eko menekankan pentingnya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta untuk mengolahs ampah di hulu.
“Sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. CSR dari perusahaan bisa mendukung pengelolaan kompos, sementara masyarakat perlu memilah sampah di rumah. Sampah yang dipilah, seperti plastik, bisa dijual, dan kompos bisa dimanfaatkan untuk kebun,” katanya.
Editor: Ahmad Muhlisin