BETANEWS.ID, KUDUS – Dinas Perdagangan (Disdag) Kabupaten Kudus bakal membangun lokasi pengelolaan sampah organik di Pasar Baru. Rencananya, lokasi yang dicanangkan itu tepat berada di sisi sebelah utara Pasar Baru yang saat ini masih terdapat lahan kosong.
Kepala Disdag Kabupaten Kudus, Andi Imam Santoso mengatakan, pihaknya mencoba mengimplementasikan ide untuk mengolah sampah organik di pasar. Hal itu dilakukan karena sejauh ini sampah pasar masih menjadi penyumbang terbesar di tempat pembuangan akhir (TPA).
Baca Juga: Anggaran 2025 Dipangkas Rp45 M, Pembangunan Jalan di Kudus Diperkirakan Tak Maksimal
“Saat ini kami bekerjasama dengan teman-teman program keluarga harapan (PKH) ada ide untuk mengolah sampah organik di pasar. Kita coba di satu titik kecil, di Pasar Baru untuk mengurai sampah organik. Ini baru mulai persiapan lahan dulu,” bebernya di Pasar Baru (13/12/2024).
Ide itu bermula dari permasalahan sampah yang ada di TPA (Tanjungrejo). Bahkan terkadang, sampah pasar tersendat hingga tak bisa masuk ke lokasi TPA, karena banyaknya antrian truk sampah. Sehingga hal itu yang membuat dia berpikir untuk mengurangi sampah pasar dengan pengelolaan yang lebih optimal.
“Ya dari diskusi dengan teman-teman, dengan permasalahan sampah yang ada di TPA. Kadang kami tersendat tidak bisa masuk. Lalu ya bagaimana cara kita mencari upaya, salah satunya dengan mengurangi sampah tidak usah dibuang tapi dikelola,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, lahan kosong di pasar baru tersebut bakal dijadikan tempat budidaya magot yang dapat mengurai sampah organik secara signifikan. Menurutnya, berdasarkan artikel dan sejumlah kunjungan yang dilakukan di beberapa daerah, dapat mengurai sampah organik dengan perbandingan 1:5.
“Karena untuk pakan magot, satu kilogram magot membutuhkan lima kilogram sampah. Jadi kalau kita bisa mengelola magot, katakanlah diangka 100 kilogram magot, berarti membutuhkan 500 kilogran sampah,” jelasnya.
Untuk itu, Disdag Kudus meminta pihak PKH yang sudah berpengalaman pengelolaan magot untuk bisa membantu dalam hal mengolah sampah pasar. Dia juga menyebut, PKH itu diminta untuk melibatkan keluarga penerima manfaat (KPM), agar mempunyai kesibukan dan penghasilan tambahan.
“Jadi kalau satu pasar itu mengelola satu titik kecil dan berjalan. Rencananya beberapa pasar akan kami buatkan titik-titik budidaya magot lainnya. Sehingga sampah organik sudah bisa dikelola di pasar, tidak perlu diangkut (ke TPA),” ujarnya.
Baca Juga: Bahagianya Difabel di Kudus Ini Dapat Bantuan Rumah dari PT Djarum
Ia menuturkan, sampah yang ada di Pasar Baru setiap harinya dapat kurang lebih ada sebanyak 2,5 ton. Sedangkan 80 persen sampah di Pasar Baru adalah sampah organik. Sehingga setidaknya sampah organik di sana sebanyak 2 ton seharinya.
“Insyaallah bisa selesaikan permasalahan sampah. Jadi untuk sampah anorganik biar bisa dipilah dan bisa dimanfaatkan teman-teman petugas. Sementara untuk organik nanti kita kelola,” ungkapnya.
Editor: Haikal Rosyada