BETANEWS.ID, KUDUS – Di depan lapangan Rendeng, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, berdiri sebuah outlet menggunakan motor roda tiga berwarna merah. Di dalamnya, dua wanita terlihat sibuk melayani pelanggan, membungkus nasi dengan daun jati. Satu di antara mereka adalah Suyatmi (51), atau yang akrab disapa Bu Yat, pemilik usaha sego godong jati.
Sebelum merintis bisnis nasi bungkus unik tersebut, Bu Yat adalah seorang penjual ayam goreng. Namun, saat pandemi Covid-19 melanda, pembatasan jam operasional memaksanya mencari ide baru agar tetap bisa menyambung hidup.
“Dulu waktu pandemi kan nggak boleh jualan sampai malam. Jadi saya coba bikin nasi bungkus untuk sarapan. Karena di sekitar sini belum banyak yang jualan nasi godong jati, ya sudah saya coba pakai daun jati saja,” ungkapnya sambil tersenyum.
Baca juga: Dapat Ide dari TikTok, Pisang Krispi Kini Jadi Ladang Rezeki Menjanjikan
Keputusan tersebut ternyata membawa keberuntungan. Di tengah situasi sulit, nasi bungkus dengan kemasan daun jati miliknya berhasil menarik perhatian banyak orang. Daun jati bukan hanya memberikan tampilan yang unik, tetapi juga memberikan aroma khas yang menambah cita rasa.
Satu porsi nasi godong jati buatan Bu Yat dijual mulai dari Rp5.000, dengan pilihan lauk seperti telur bacem, telur dadar, sambal goreng, sayur tewel, dan sambal. Pelanggan juga bisa menambahkan telur untuk harga Rp9.000.
“Isiannya sederhana, tapi banyak yang suka karena rasanya khas dan bungkusnya beda,” bebernya.
Pada hari biasa, Bu Yat menghabiskan enam hingga tujuh kilogram beras. Sementara saat akhir pekan, jumlah tersebut bisa meningkat hingga 13 kilogram.
Baca juga: Nenek 85 Tahun di Loram Kulon Viral Lantaran Jual Sosis Murah
Biasanya, Bu Yat mulai berjualan mulai pukul 06.00 WIB hingga 11.00 WIB. Ia sengaja melayani para pelanggan yang mencari sarapan.
Kreativitas Bu Yat dalam memanfaatkan daun jati sebagai pembungkus tidak hanya membuat usahanya unik, tetapi juga menguntungkan. Dalam sehari, ia bisa meraih omzet antara Rp400.000 hingga Rp800.000.
“Kalau akhir pekan, pembeli lebih banyak. Kadang saya sampai kewalahan,” tambahnya.
Penulis: Tsania Maulida, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi