BETANEWS.ID, SEMARANG – Ada-ada saja situasi yang mengawali seseorang untuk membuat perubahan dalam hidupnya. Seperti yang dialami Sugiyo. Ia dan istrinya, Evi, terbilang sukses berwirausaha di bidang kuliner, yaitu berjualan bubur ayam, bubur sayur, dan lontong sayur di jalan MT Haryono, depan Java Mall Kota Semarang.
Sugiyo dan Evi menjadi salah satu spesialis pedagang kuliner yang hanya berjualan di malam hari. Alasannya, saat pertama kali merintis usahanya di 2002, saat itu masih banyak judi togel yang ramai buka di malam hari. Ditambah lagi di Java Mall terdapat tempat hiburan malam.
Ia sebelumnya berjualan kacang di Tasikmalaya. Karena usahanya itu bangkrut, Evi mengikuti suaminya ke Semarang untuk memulai kehidupan baru. Setelah putar otak, Sugiyo dan Evi terbesit untuk berjualan bubur ayam.
Baca juga: Soto PK di Semarang Ini Hanya Buka Malam Hari, Jadi Jujugan yang Kelaparan di Tengah Malam
Warung kuliner non permanen Sugiyo yang bernama Bubur Ayam Java tersebut awalnya buka pukul 05.00 sampai 09.00 WIB. Barulah setelah tau ramainya kehidupan malam di tempatnya berjualan, ia pun mengubah jam bukanya menjadi pukul 23.00 sampai 06.00 WIB.
“Dulu saya jualan kacang sama mete. Tapi terus ambruk, saya juga lagi hamil. Terus ke Semarang, suami saya mikir apa mau jualan bubur ayam ya,” kisah Evi.
Warung Sugiyo dan Evi sendiri hanya buka di hari Selasa sampai Jumat. Meski tak setiap hari buka, Bubur Ayam Java hampir tak pernah sepi pembeli. Bahkan pembeli harus rela mengantre dan mencatatkan namanya berikut jenis pesanannya terlebih dahulu. Sudah seperti di restoran atau kafe saja bukan?
Beratap langit terbuka dan berdiri di atas pedesterian dan sebagian emperan mal berkubah di samping Pasar Peterongan itu, Sugiyo menempatkan pembelinya di beberapa set meja kursi dan sebagian lainnya lesehan di atas tikar.
Pelanggan Bubur Ayam Java adalah lintas usia dan kelas sosial. Evi menceritakan, kebanyakan pelanggannya menilai semua varian masakan di Bubur Ayam Java rasanya enak. Terlebih secara tampilan, baik bubur ayam, bubur sayur, maupun lontong sayurnya nampak mewah dan menggiurkan untuk sekelas warung kaki lima. Topping suwiran ayamnya terlihat menumpuk dan menggugah selera. Belum lagi lauk tambahannya yang menggoda lidah, seperti sate telur, sate usus, dan yang paling istimewa ceker ayam bacem.
Tak sedikit artis Jakarta dan pejabat menjadi pelanggan Bubur Ayam Java, seperti salah satunya Gubernur Ganjar Pranowo.
Sugiyo dan Evi menjual dagangannya dengan harga bervariasi, yaitu bubur ayam seharga Rp17.000, bubur sayur Rp18.000, bubur ayam plus koyor Rp30.000, bubur sayur plus koyor Rp30.000, lontong sayur plus koyor Rp37.000, lontong sayur plus suwir ayam Rp22.000, dan lontong ayam utuh Rp25.000. Sementara untuk lauk tambahan seperti sate usus dan sate telur dijual dengan harga Rp6.000. Sedangkan dengan Rp20.000, kita bisa menikmati lezatnya ceker ayam bacem.
Sementara, salah seorang pelanggan, Fadel merasa cocok dengan masakan Sugiyo dan Evi ini.
“Kalau soal harga, sepadan lah dengan rasanya. Ini juga buka malam, pas saya aktivitasnya juga malam,” ujarnya.
Editor: Ahmad Muhlisin