BETANEWS.ID, KUDUS – Sugeng Hermawan (36) siang itu terlihat sedang sibuk membuat Martabak Korea. Ia tampak cekatan mengolah adonan hingga membungkuskan pesanan pembeli yang mengerubuti outletnya.
Lapak yang berada di Jalan Desa Megawon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus itu memang jadi primadona baru warga yang mencari jajanan. Bahkan, karena jualannya laris manis, Wawan bisa mengantongi omzet hingga Rp1 juta sehari.
Sembari melakukan aktivitasnya, Wawan kemudian berbagi kisah perjuangan hidupnya hingga di titik yang seperti sekarang. Dia mengatakan, dari kecil ia merupakan anak yatim piatu, yang hanya bisa melanjutkan sekolahnya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Sehabis lulus dari SMP, Wawan kemudian memilih bekerja, lantaran waktu itu biaya tidak mencukupi.
Baca juga: Martabak Korea di Megawon Kudus Ini Laku Keras, Pembelinya Sampai Antre Lama
“Waktu masih sekolah pun saya juga masih ngamen untuk biayai sekolah dan uang saku. Meskipun untuk uang sekolah tidak semuanya dari hasil ngamen, tapi di usia anak-anak saya sudah berjuang,” beber Wawan, Sabtu (3/6/2023).
Ia menjelaskan, seusai lulus, sekitar usia 14 tahun, Wawan mulai merantau ikut bekerja orang lain di salah satu restoran yang ada di Surabaya. Tak hanya di Surabaya, ia juga sempat pindah-pindah lokasi kerja hingga 17 tahun lamanya. Dari awal bekerja dari nol mencuci piring hingga bisa menjadi chef.
“Saya memang dari nol ikut bekerja orang. Mulai cuci piring sampai menjadi chef. Perjuangannya juga tidak mudah, butuh bertahun-tahun sehingga perjuangan itu bisa dinikmati,” ungkapnya.
Saat ini, kata Wawan, pihaknya sedang melakukan kesibukan sebagai konsultan resto selain buka usaha Martabak Korea di pinggir jalan. Bahkan Wawan saat ini sudah jenuh dengan pekerjaan konsultan resto yang biasa meninggalkan keluarga kecilnya.
Menurutnya, saat ini ia lebih nyaman dengan usaha yang baru dirintis satu tahun lalu, dibandingkan dengan konsultan resto yang pendapatannya lebih banyak. Meski begitu, ia tetap lebih memilih dan nyaman dengan usaha Martabak Korea yang dijual di pinggir jalan tersebut.
“Pertama karena saya mempunyai anak kecil, dan jika ditinggal juga kasihan. Keduanya, karena usaha Martabak Korea ini lebih nyaman dan waktu juga lebih fleksibel, serta pikiran juga tidak terlalu banyak. Sehingga lebih nyaman,” ungkapnya.
“Kalau untuk pendapatan saya rasa hampir sama, ya mungkin lebih banyak yang konsultan resto. Tapi ya itu tadi, karena pertimbangan mempunyai anak kecil,” tuturnya.
Ia menuturkan, saat awal merintis usaha Martabak Korea itu respon dari masyarakat sangat bagus, lantaran itu merupakan jajanan yang dijual pertama kali di Kudus, sehingga pembeli banyak yang penasaran dengan rasanya. Selain itu, untuk harga yang ditawarkan juga murah yakni seribuan per biji.
Baca juga: Gagal di Usaha Sebelumnya Jadi Pemantik Semangat Udin Bangkit Rintis Bisnis Pentol Kuah Tetelan
“Jadi semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua bisa membeli dan bisa merasakan” jelas bapak dua anak tersebut.
Ia menambahkan, setidaknya Wawan bisa menjual 1.000 biji martabak Korea dan pangsit ayam dalam sehari. 600 biji untuk martabak Korea, dan 400 sisanya untuk pangsit ayam.
“Alhamdulillah untuk pendapatan sehari omzet Rp1 juta, kalau bersihnya sekitar Rp250 ribu,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin