BETANEWS.ID, KUDUS – Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pengurus Cabang (PC) Kudus Ahmad Syaifuddin menanggapi terkait meningkatnya kasus gagal ginjal akut pada anak di Indonesia. Ia menyebut, untuk di Kudus, hingga saat ini belum ditemukan adanya kasus tersebut.
Ahmad Syaifudin menyebutkan, ada beberapa ciri dan gejala yang perlu dikenali terkait dengan penyakit gagal ginjal akut itu.
“Cirinya ginjal akut, itu produksi urine. Karena tidak keluar sesuai dengan targetnya sekitar 0,5-1 mililiter per kilogram per jam. Tapi dengan jumlah minuman asupan, karena tidak namanya dehidrasi. Kalau dari segi warnanya semakin pekat, itu tandanya semakin sedikit yang difiltrasi,” katanya pada Betanews.id saat ditemui di Rumah Sakit Islam (RSI) Kudus, Jumat (21/10/2022).
Baca juga: Waspadai Omicron, Ketua IDI Kudus: ‘Kuncinya Vaksinasi dan Pakai Masker’
Selain itu, terdapat gejala umum gagal ginjal akut lainnya, di antaranya demam 3-5 hari, diare, mual, muntah, batuk pilek, urine berkurang, dan sering mengantuk. Jika keadaan itu terjadi pada anak, maka disarankan untuk segera melakukan penanganan kesehatan.
“Jika tahu seperti itu, langsung bawa ke fasilitas kesehatan. Kemenkes juga sudah mengeluarkan tata laksana bagaimana menangani gagal ginjal akut,” imbuhnya.
Syaifuddin menerangkan, gagal ginjal akut berbeda dengan gagal ginjal kronis. Hal itu, terletak pada proses terjadinya kerusakan pada ginjal yang disebabkan oleh zat nefro toxic.
“Gagal ginjal akut dengan kronis prosesnya yang berbeda. Gagal ginjal akut, saat itu ginjal sedang teracuni, sehingga rusak dan tidak bisa memfiltrasi, tapi itu bisa pulih. Sedangkan gagal ginjal kronis, sedikit-sedikit terjadi kerusakan, sehingga menjadi terminal itu tadi,” terangnya.
Per tanggal 20 Oktober lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara resmi menarik lima jenis obat sirup dari peredran Kelimanya ditarik karena dinilai memiliki kandungan cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang melebihi ambang batas aman.
Lima obat sirup itu adalah Termorex Sirup (obat demam), Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (obat demam), dan Unibebi Demam Drops (obat demam). Syaifuddin mengatakan selain obat sirup itu, pasien dapat mengonsumsi obat lainnya.
“Sekarang kan sudah ada kejelasan dari BPOM, obatnya apa saja. Setelah BPOM mengeluarkan rilis lima obat itu, jadi segala obat kecuali itu boleh digunakan,” ujarnya.
Baca juga: Di Hadapan IDI Kudus, Hartopo Sebut Banyak Orang Pinggiran yang Tak Tersentuh Program Stunting
Tidak hanya itu, ia juga memberikan alternatif lain dalam menurunkan demam anak. Yakni, dengan cara mengompresnya, atau memberinya pakaian tipis dan membawa ke suhu yang sejuk.
“Selain obat anak, itu bisa kita kompres. Jadi prinsipnya, menurunkan demam anak itu dengan cara bagaimana panas tubuh itu bisa keluar. Salah satunya dengan kompres, dipakaikan baju tipis, ditempatkan ruang sejuk,” pungkasnya.
Editor: Kholistiono