BETANEWS.ID, SOLO – Berbicara soal kuliner, Kota Solo memang tak ada habisnya. Kota asal Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mempunyai ragam kuliner yang memikat para wisatawan untuk kembali ke sana.
Salah satu makanan khas yang tidak bisa dipisahkan lagi dari kota satu ini adalah Selat Solo. Bahkan, bisa dibilang, kuliner satu ini dapat ditemui di setiap sudut Kota Solo. Mulai dari yang biasa hingga yang legendaris.
Salah satu restoran yang menyajikan kuliner Selat Solo yang legendaris adalah Selat Solo Mbak Lies yang berlokasikan di Jalan Yudhistira Nomor 9, Serengan, Kecamatan Serengan, Solo. Restoran tersebut sudah berdiri sejak 1987.

Baca juga : Dagingnya Tebal dan Kuahnya Segar, Selat Solo Bu Titik Kini Jadi Primadona
Untuk menuju ke resto tersebut, harus masuk ke dalam gang. Kendati demikian, nyatanya malah banyak pengunjung dengan menggunakan kendaraan ber-plat nomor luar kota terus berdatangan hanya untuk menikmati Selat Solo Mbak Lies.
Kepada Betanews.id, sang pemilik resto yang bernama Wulandari Kusmadyaningrum mengatakan, selat memang makanan favorit Lilis. Menurutnya, selat adalah makanan yang sangat sehat dan kaya akan serat serta vitamin karena berisi beragam sayuran dan protein dari daging.
“Jadi untuk selat, saya sudah senang masak-masak dari kecil. Kemudian resep yang saya gunakan ini dari hasil racikan sendiri. Awalnya juga belajar secara otodidak, dan menjadi masakan khas Jawa, padahal asal usulnya dari negara Belanda waktu penjajahan,” tuturnya.
Lilis menceritakan, bahwa dahulunya masakan tersebut merupakan hidangan mewah seperti salat dan beef steak. Namun karena lidah orang Jawa yang susah untuk mengucapkannya, sehingga diplesetkan menjadi Selat Solo dan Bestik. Dengan hidangan yang ia sajikan itu, ia juga tidak ingin menghilangkan sejarah.
Menjadi primadona bagi wisatawan maupun masyarakat sekitar, Lilis selalu menjaga kesegaran bahan-bahan yang ia gunakan. Hal tersebut dibuktikan dengan aktivitas mengupas sayuran yang dilakukan di luar dapur, sehingga dapat dilihat oleh pembeli, bahwa sayuran yang ia gunakan selalu segar.
“Jadi bukan karena kita nggak punya dapur, tapi biar pelanggan tahu, bahan yang kita gunakan itu selalu segar, fresh. Kita juga merebus sayur-sayuran tidak sekali rebus, tapi merebusnya kita setiap satu jam sekali, biar pas dihidangkan ke pelanggan itu biar fresh saat dihilangkan,” ungkapnya.
Menurut Lilis, selat merupakan makanan yang memang harus dihidangkan dengan keadaan dingin. Lantaran sejak dulu kuliner ini memang khas dihidangkan seperti itu.
“Meskipun dalam kondisi cuaca yang berbeda-beda hujan maupun banjir akan lebih nikmat jika kuahnya dingin. Tapi ada juga yang meminta dihangatkan kuahnya, kita juga menyesuaikan pelanggan, kemudian cara memakannya juga tidak dimakan satu per satu, tapi diobrak-abrik atau diberantakin gitu,” ujarnya.
Varian selat yang dihidangkan di Selat Mbak Lies, juga memiliki beraneka ragam varian. Mulai dari selat lidah, selat bestik, selat galantin kuah segar, dan selat galantin kuah saos. Satu porsi besar selat dibanderol Rp 24.000 untuk selat biasa. Sedangkan untuk selat lidah, harganya Rp 26.000 per porsi.
Tidak hanya selat, ada juga banyak pilihan menu makanan lainnya yang disajikan di Selat Mbak Lies, seperti timlo, sup manten, sup matahari, dan gado-gado.
“Saya buka dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore, buka setiap hari,” kata dia.
Baca juga : Selain Disukai Keluarga Pura Mangkunegaran, Ledre Pisang Laweyan Ini juga Langganan Hotel di Solo
Menjadi salah satu spot kuliner legendaris, Selat Mbak Lies tak hanya diburu wisatawan saja, namun juga para artis ibu kota dan juga para pejabat. Terbukti dari banyak potret yang diabadikan dan dipajang di dinding restoran itu.
Salah seorang pelanggan yang bernama Ubed (47) yang berasal dari Serpong menyempatkan waktu untuk menimkati Selat Mbak Lies saat berlibur ke Solo. Bahkan selat yang disajikan di sana memiliki rasa yang nikmat, sehingga membuat ia dan keluarganya kembali ke sana saat ke Solo.
“Terakhir sama keluarga ke sini tiga tahun yang lalu. Enak sih, terus kita dulu pernah tinggal di Solo juga ya, dulu sering pesen di sini. Jadi kalau pas ke Solo harus ngerasain lagi gitu,” ujar pria dua anak itu.
Editor : Kholistiono