BETANEWS.ID, KUDUS – Di Jalan Veteran tepatnya di Perempatan Persatuan Perusahaan Rokok Kudus (PPRK) tampak sebuah kendaraan roda tiga yang di kerubuti pelanggan. Di atas kendaraan, seorang perempuan berhijab cokelat duduk bersila begitu cekatan menyiapkan pesanan mereka. Perempuan tersebut yakni Amida Ulfa Fauziah (26) penjual Sego Aking Godong Jati.
Di sela melayani pembeli, perempuan yang akrab disapa Mida itu sudi berbagi kisah tentang usahanya tersebut. Dia mengatakan, sego aking godong jati merupakan usaha keluarga yang dirintis sejak dua tahun lalu. Menurutnya, ide usaha tersebut muncul karena belajar dari pengalaman sulitnya mendapatkan nasi aking saat almarhumah ibunya sakit diabetes.

Selain ibunya suka, tuturnya, nasi aking menurut beberapa literasi itu bagus dikonsumsi penderita diabetes. Hal itu tak terlepas dari kandungan nasi aking yang rendah kadar gulanya. Namun, kata Mida, saat itu mencari sego aking di wilayah Kudus kota itu susah sekali.
Baca juga: Nasi Aking jadi Primadona Baru Warga Kudus untuk Sarapan, Sering Ludes Dalam Sejam
“Karena tidak ada yang menjual, saya pun membikin sendiri nasi aking untuk ibuku yang sakit diabetes. Dari situ kemudian muncul ide untuk membuka usaha jualan nasi aking,” ujar Mida kepada Betanews.id, Kamis (11/11/2021).
Mida mengatakan, awal berjualan nasi aking tidak langsung laris. Sebab memang nasi aking belum begitu banyak dikenal, apalagi para milenial. Tak jarang saat itu nasi aking yang dijualnya selalu sisa dan diberikan kepada orang lewat maupun tetangga.
“Sebab nasi aking itu memang harus terjual habis, tidak bisa dimasak lagi. Kalau gak habis ya dikasihkan orang. Ya sekalian promosi biar pada tahu rasanya,” beber ibu satu anak tersebut sembari tersenyum.
Baca juga: Mencicipi Sego Kinco Khas Kudus yang Menggugah Selera
Meski jarang habis, perempuan yang tercatat sebagai warga Desa Singocandi, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus tersebut tak pernah putus asa untuk mempromosikan nasi aking. Bahkan bisa dibilang sedikit nekat. Ia pernah mempromosikan nasi akingnya di kolom komentar media sosial para pejabat.
“Untuk memperkenalkan sego aking ke orang banyak, saya rajin posting di Facebook. Bahkan saya pernah posting di kolom komentar Facebook Pak Ganjar Pranowo. Pernah juga inbox Bupati Kudus agar dibantu pemasaran sego aking kami, tapi tak dibalas,” ucapnya terkekeh.
Dia mengatakan, saat ini sego aking yang dijualnya sudah mulai dikenal banyak orang. Setiap pagi sego aking yang dijualnya tersebut laris manis diburu para pembeli. Bahkan sekarang sudah punya dua lapak, yaitu di PPRK dan sebelah Utara Poroliman Barongan.
“Justru yang pertama itu yang di Poroliman Barongan. Kalau yang di PPRK ini cabangnya,” ungkap Mida.
Baca juga: Kalkun Frozen Food Buatan Warga Undaan Ini Laris Banget, Sudah Kirim ke Berbagai Daerah
Untuk harga, kata dia, sego aking plus sambal dijual dengan harga Rp 3 ribu. Sego aking sambal dan pedo atau urap harganya Rp 4 ribu. Sedangkan nasi aking komplet yakni ada tambahan pedo, urap dan jengkol dipatok dengan harga Rp 6 ribu.
“Saya jualan mulai pukul 05.30 WIB sampai habis. Namun biasanya tidak sampai siang sudah habis. Apalagi saat hari Jumat, satu jam sudah habis semua,” tandasnya.
Dia berharap, nasi aking godong jatinya makin diminati dan makin laris lagi. Sehingga ia bisa mempunyai lokasi penjualan yang nyaman. Tidak seperti sekarang ini yang jualan di atas trotoar.
“Harapannya bisa berkembang. Nasi aking kami makin laris dan makin diminati. Punya tempat jualan yang nyaman. Sehingga kalau hujan itu tidak kehujanan,” tutup Mida.
Editor: Ahmad Muhlisin