Mbah Bejo, relawan pemakaman jenazah Covid-19 di Kudus. Foto: Kaerul Umam

Seorang pria paruh baya berambut panjang terlihat membersihkan baju hazmat yang dikenakannya. Baju warna putih yang dikenakan sedikit lusuh. Dia bersama rekannya di Tim Cekathil Link baru saja memakamkan jenazah Covid-19. Dia kembali ke posko relawan di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kudus, untuk istirahat makan dan salat.

Pria tersebut bernama Budi Yuwono (59), oleh rekan-rekannya kerap dipanggil Mbah Bejo. Di jeda waktunya yang begitu padat untuk memakamkan jenazah, bapak dua anak itu bersedia berbagi kisah kepada Tim Liputan Khusus Betanews.id, tentang aktivitasnya sebagai relawan.

Dia menceritakan, awal terjun menjadi relawan di BPBD sejak 20 tahun lalu. Sejumlah penanganan bencana di berbagai daerah pernah ia jalani. Rasa kemanusiaanlah yang membuatnya tetap bertahan menjadi seorang relawan.

“Awal dulu saya terjun menjadi relawan saat masih jadi di Kesbangpol Linmas. Itu masih zamannya Pak Tamzil (Bupati Kudus),” tutur Mbah Bejo saat ditemui di kantor BPBD Kudus, Senin (31/5/2021).

“Tidak usah ditanya (bayaran). Ini murni karena rasa kemanusiaan. Toh saya juga punya pekerjaan tetap sebagai teknisi kelistrikan di sebuah perusahaan”

Mbah Bejo, Relawan Pemakaman

Rasa kemanusiaannya memanggil, tatkala RSUD dr. Loekmono Hadi membutuhkan bantuan untuk proses pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19 pada awal pandemi 2020 lalu. Dirinya bersama rekan-rekan relawan lainnya bersepakat untuk menjadi relawan pemakaman di Tim Cekathil Link.

- advertisement -

Dia mengaku menjadi relawan tidak dibayar. Ketika ditanya kenapa dirinya mau menjalankan proses pemakaman dengan risiko tinggi, Mbah Bejo lagi-lagi menjawab karena rasa kemanusiaan.

“Tidak usah ditanya (bayaran). Ini murni karena rasa kemanusiaan. Toh saya juga punya pekerjaan tetap sebagai teknisi kelistrikan di sebuah perusahaan. Namanya juga relawan, tentu ini bukan pekerjan,” jawabnya.

Namun, Mbah Bejo tak menampik, dirinya bersama dengan relawan lain mendapatkan insentif dari Pemerintah Kabupaten Kudus. Berapa besaran insentif yang diterima, dirinya enggan menjawab.

“Ada (insentif), tapi tidak pasti. Kalau dikasih ya Alhamdulillah. Besarannya berapa silakan tanya langsung ke sana (Pemkab),” tuturnya.

Ketika memutuskan menjadi relawan pemakaman jenazah Covid-19, pihak keluarga awalnya tidak membolehkan. Ada kekhawatiran terjadi penularan usai melakukan pemakaman. Namun, dirinya meyakinkan keluarganya, asalkan menjalankan prosedur yang benar, tidak akan terjadi apa-apa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini