BETANEWS.ID, KUDUS – Tanaman parijoto terlihat di teras atas sebuah rumah di Desa Colo, RT 01 RW 01, Kecamatab Dawe, Kudus. Di sana tampak sejumlah orang sedang beraktivitas. Setelah memetik buah parijoto yang hendak diolah menjadi sirup, Triyanto (36), satu di antara mereka memberikan tanggapan terkait buah parijotho yang menjadi varietas tanaman lokal khas Kabupaten Jepara.
Menurut pegiat tanaman parijoto dan Produsen Sirup Parijoto Alammu itu, rekannya selaku pegiat pertanian dari Desa Tempur, Jepara meminta maaf kepadanya. Hal itu dikarenakan rasa sungkan setelah beredarnya kabar parijoto menjadi tanaman khas Jepara.
Baca juga : Parijoto Ditetapkan Jadi Tanaman Khas Jepara, Dispertan Kudus Ajukan Uji DNA
“Ada teman dari Desa Tempur, Jepara, sama-sama pegiat pertanian di lereng Muria, meminta maaf terkait informasi ini. Dia merasa sungkan. Selain kepada saya, dia juga meminta maaf kepada teman dari Pati juga terkait hal ini,” terangnya, Jumat (16/10/2020).
Tri juga membeberkan, jika para petani parijotho di Dukuh Duplak, Desa Tempur, Jepara, mendapat pembinaan darinya. Selain pembinaan, dia juga memberikan jaminan untuk membeli berapapun hasil panen parijoto di sana.
“Kalau hanya diajarkan cara menanam kan petani juga kurang semangat. Jadi saya juga siap menjamin untuk membelinya. Hingga sekarang ada petani dari Jepara mengirim parijoto ke sini,” jelasnya.
Selama melakukan pembinaan kepada petani parijoto diwilayah lereng Gunung Muria. ia mengungkap, bahwa petani parijoto di Jepara hanya sebagian kecil jika dibandingkan dengan Kudus.
“Di sana mungkin hanya sekitar 500 pohon yang siap berbuah. Sedangkan jika dibandingkan Kudus ada puluhan ribu. Jadi di sana masih sedikit,” terangnya.
Sementara itu, Ali Ma’ruf (32), juga membenarkan, jika upaya konservasi dan inovasi tanaman parijoto di Jepara masih kalah dengan Kabupaten Pati dan Kudus. Sehingga dengan ditetapkannya sebagai tanaman khas Jepara, perlu lebih giat lagi menjaga dan mengembangkan tanaman Parijoto.
“Kalau jumlah tanaman banyak, tetapi kalau dibanding daerah Kudus masih kalah jauh. Hasil yang ada di sini biasanya dibeli orang Kudus dan pengunjung yang datang mencari langsung ke Desa Tempur,” katanya saat dihubungi melalui telepon.
Baca juga : Parijoto Diklaim Jepara, Petani Colo: ‘Kenapa Pemkab Kudus Tak Baca Potensi Itu?’
Ali sapaan akrabnya, ada rasa khawatir jika ada pengunjung kecewa. Karena belum tentu setiap saat ada buah parijoto di sana.
“Kalau sudah dikenal khas Jepara, tapi belum tentu setiap saat ada, kan khawatir mengecewakan. Harapan saya sih semoga banyak warga Jepara yang merawat dan mengembangkan parijoto ke depannya, supaya orang yang mencari ke Jepara terutama ke Desa Tempur tidak kecewa,” tambah pegiat pertanian dari Desa Tempur, Jepara itu.
Editor : Kholistiono