BETANEWS.ID, KUDUS – Di sebuah rumah gebyok khas Kudus yang berada di kawasan Menara Kudus, terlihat tulisan Mbabar Mushaf Menara 1442 H. Di bawah tulisan tersebut tampak dua orang mengenakan blangkon. Satu di antara mereka yakni EM Nadjib Hasan. Ia mengungkapkan, jika saat ini semakin banyak warga Indonesia dan Kudus khususnya, ketika pulang haji membawa Alquran dari Mekah.
“Kemudian kita kenal juga ada Mushaf Menara, orang pada umumnya mengira itu karya dari Yayasan Menara, padahal tidak. Lama-lama kami ingin menerbitkan, karena Mushaf Menara Kudus sendiri belum menulis. Kemudian muncullah ide dari kami untuk membuat mushaf,” ungkap Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) itu.
Baca juga : Melihat Lebih Dekat Pembuatan Bubur Asyura di Menara Kudus
Pria yang akrab disapa Nadjib itu kemudian menegaskan, mushaf Alquran khas Kudus merupakan bagian dari kekayaan Islam Nusantara dari Kudus yang perlu dilestarikan. Pihaknya juga ingin menggalakkan kaligrafi yang merupakan kesenian khas santri dan sudah mulai hilang. Sekaligus mendorong para seninan kaligrafi agar mengenal resm.
“Kalau mau ditulis sekala kecil mau dicetak bisa diterbitkan. Tetapi tujuan kami ingin melestarikan mushaf yang pernah dikoreksi dan ditandatangini oleh KH Muhammad Arwani Amin, KH Hisyam Hayat dan KH M Sya’roni Ahmadi. Mumpung Mbah Sya’roni masih ada, kami akan menulis lagi dan bekerja sama dengan rekan-rekan seniman kaligrafi,” jelasnya, Senin (26/10/2020).
Nuansa lokal khas Menara Kudus juga akan dimasukkan di dalam mushaf Alquran tersebut. Untuk bagian kaver depan akan bernuansa Menara Kudus. Sementara untuk dalamnya, akan bernuasa Gerbang Aryo Penangsang.
“Kemudian untuk bordirnya, akan bernuansa ornamen-ornamen rumah adat khas Kudus. Bisa parijoto, cengkeh, atau lainnya nanti,” katanya saat acara jumpa pers kemarin.
Dia juga menambahakan, bagian yang membedakan yaitu pada jenis font yang akan digunakan. Yakni dengan naskhi syauqi. Selebihnya sama dengan Alquran yang diakui Kementerian Agama.
Baca juga : 26.074 Bungkus Nasi Jangkrik Khas Menara Dibagi ke Seluruh Kecamatan di Kudus
Perkiraan, proses penulisan membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan. Dengan jumlah penulis sembilan orang kaligrafer. Dengan perhitungan estimasi satu hari satu halaman.
“Nanti kertasnya menggunakan art paper, dan tintanya kami impor langsung dari Jepang. Istimewanya, dalam menulis mushaf Alquran kali ini yang akan memulai coretan dengan menuliskan ayat pertama surat Al Fatihah adalah KH Sya’roni Ahmadi. Dan yang menutup nanti Gus Mus,” bebernya.
Editor : Kholistiono