BETANEWS.ID, KUDUS – Pemerintah Kabupaten Kudus mencatat penurunan signifikan dalam penanganan stunting. Di tahun 2023, kasus stunting di Kota Kretek sebesar 15,7 persen, hingga akhir 2024 turun menjadi 3,9 persen.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, Andini Aridewi di kegiatan Aksi Bergizi MA NU Banat Kudus, Kamis (8/5/2025). Menurutnya, angka prevalensi stunting tersebut didapatkan berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).Â
Baca Juga: Wabup Bellinda Minta Semua Pihak Jaga Kebersihan
“Angka stunting secara nasional, prevalensinya diambilkan survei status gizi Indonesia yang 2023 dirilis 2024 Kabupaten Kudus di bawah target, dari target 19 persen, Kudus capaiannya sudah 15,7 persen. Tetapi untuk di 2024 belum rilis, targetnya di bawah 14 persen. Kabupaten Kudus sendiri dari angka prediksi kemarin itu, berkisar 3,7 persen,” bebernya.
Ia menyebut, jumlah kasus stunting di tahun 2023 ada sebanyak 2.700 kasus. Dari total itu turun menjadi 2.300 an di tahun 2024. Beberapa faktor kasus stunting di Kabupaten Kudus dipengaruhi adanya pola asuh yang belum tepat.
“Seperti yang dikatakan oleh Bu Wabup Bellinda, para ibu-ibu bekerja hanya tahu anaknya kenyang, tapi tidak paham soal gizi yang dimakan. Ini yang perlu kita edukasikan dan kita gencarkan, karena menjadi perhatian penting,” tuturnya.
Menurutnya, permasalahan utama stunting saat ini bukan lagi sekadar pada balita yang sudah terlanjur terdampak, melainkan harus dicegah sejak masa remaja. Termasuk Aksi Bergizi sebagai langkah dalam penanganan stunting dengan cara memberikan tablet tambah darah untuk mencegah anemia.
“Kalau mau mencegah stunting, jangan tunggu anak lahir. Harus dimulai sejak remaja dengan mencegah anemia,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kudus Bellinda Birton bersyukur, angka stunting di Kabupaten Kudus mengalami penurunan secara drastis. Meski begitu, pihaknya saat ini tengah fokus menurunkan angka penyakit anemia yang dapat mengakibatkan stunting pada anak siswi di Kudus kedepan.
“Alhamdulillah, angka stunting kita turun drastis. Tapi sekarang kami fokus menurunkan angka anemia yang justru naik hingga 37 persen. Anemia ini berkaitan langsung dengan risiko stunting di masa mendatang,” jelasnya.
Baca Juga: Sebulan Jelang Iduladha, Harga Hewan Kurban di Kudus Mulai Merangkak Naik, Segini Nominalnya
Untuk itu, Pemkab Kudus hadir memberikan tablet tambah darah di masing-masing sekolah di Kudus, mulai SMP hingga SMA sederajat. Anjuran pemakaian tablet tambah darah itu, katanya, dikonsumsi setiap satu pekan sekali dan dilakukan secara rutin.
“Tapi kalau yang mengalami menstruasi tablet ini wajib diminum setiap hari. Tablet sudah kita berikan di masing-masing sekolah, dalam program pencegahan stunting di Kabupaten Kudus,” imbuhnya.
Editor: Haikal Rosyada