31 C
Kudus
Rabu, Mei 21, 2025

Kapur di Pegunungan Kendeng Disebut Bisa Serap Air Hujan hingga 70 Persen

BETANEWS.ID, PATI – Aksi penolakan terhadap aktivitas tambang di kawasan Pegunungan Kendeng, khususnya di wilayah Sukolilo, Pati, kembali mencuat. Apalagi, belum lama ini terjadi insiden longsor di kawasan tambang yang berada di Desa Kedungwinong.

Bukan hanya dampak kerugian bagi petani yang memiliki lahan di area lokasi tambang longsor, namun isu penting lainnya bahwa Pegunungan Kendeng merupakan kawasan rumah air terus dimunculkan.

Baca Juga: Marak Penambangan, Pegunungan Kendeng Disebut Sudah Darurat

-Advertisement-

Gunretno, Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) mengatakan, bahwa kawasan Pegunungan Kendeng merupakan rumahnya air. Yakni, merupakan kawasan resapan air ketika hujan turun.

“Bahwa Kendeng ini adalah omahe banyu, jadi sebagai kawasan resapan,” ujar Gunretno baru-baru ini.

Ia menyebut, kawasan Pegunungan Kendeng yang merupakan kapur tersebut, ketika hujan turun mampu menyerap 70 persen air hujan itu. Artinya, air terserap dan tidak langsung menjadi banjir. Sehingga hal itu menjadi tabungan.

“Tapi ketika musim kemarau, ini menjadi tetesan yang keluar berupa mata air dari sendang. Jadi Jadi inilah fungsinya rumah, harus dilindungi, ” imbuhnya.

Untuk itu, pihaknya berharap betul, tidak hanya kepada DPRD, kepolisian, namun juga kepada Bupati Pati. Bahwa, kawasan Kendeng saat ini disebutnya benar-benar darurat serius.

“Kalaulah tambang itu untuk kebutuhan, carilah tempat tambang yang bukan rumahnya air. Dan itu, kami pernah diundang oleh Presiden, diadakannya kajian lingkungan hidup strategis. Jadi ketika menetapkan suatu peruntukan kawasan ini, sesuai berdasarkan data dukung dan daya tampung lingkungan yang ada, ” jelasnya.

Di Sukolilo sendiri, katanya, aktivitas penambangan sudah puluhan tahun yang bermula dari penambangan manual. Berjalannya waktu, kemudian hal itu cukup memberi kontribusi penambang lebih banyak.

“Tapi ketika dengan alat berat, ini belum lama sebenarnya, lima tahunan ini lebih marak. Dan faktanya mendatangkan bencana semua. Di situasi sekarang itu kan kalau ada hujan, airnya butek dan itu mempercepat sedimentasi. Sungainya jadi dangkal, ” katanya.

Sehingga kalau pemerintah menganggarkan untuk melakukan normalisasi sungai, tanpa harus hulunya dibenahi, hal itu menurutnya sia-sia. Hanya akan membuang uang saja terus menerus dan tidak produktif.

Baca Juga: Siswi SMA PGRI 2 Kayen Ciptakan Kain Anti UV dari Daun Nanas

Ia mengajak, bahwa Pati dengan slogannya Bumi Mina Tani, agar berdaya upaya mewujudkan slogan tersebut.

“Karena slogan itu sesuai dengan daya dukung dan daya tampung Kabupaten Pati. Di mana, Pati punya gunung, punya laut. Di sini penting sekali. Resapan yang sudah rusak, ini menjadikan hilirnya, sepeti halnya di Juwana juga sering banjir, ” pungkasnya. 

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER