BETANEWS.ID, KUDUS – Di sebuah lapak sederhana di tepi selokan Desa Bacin, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, kepulan asap tampak dari tumpukan kelapa yang tengah dibakar. Seorang pria paruh baya tampak membelah kelapa satu per satu, lalu bergegas membalik kelapa yang sudah mulai matang. Di dekatnya, seorang perempuan dengan cekatan memisahkan isi kelapa dari kulitnya dan memasukkannya ke dalam plastik.
Pria tersebut adalah Rustim, seorang pedagang kelapa muda dan degan bakar yang sudah menjalankan usahanya selama kurang lebih enam tahun. Meski bisnisnya terbilang stabil dari tahun ke tahun, ia mengakui bahwa momen Ramadan selalu membawa peningkatan penjualan yang signifikan.
Setiap harinya, Rustim mampu menjual sekitar 80 kelapa muda. Saat Ramadan, jumlahnya bisa dua kali lipat. Selain kelapa muda, ia juga menawarkan degan bakar.
Baca juga: Berkah Ramadan, Pedagang Kurma di Menara Kudus Ini Bisa Jual hingga 100 Kg Sehari
“Dulu penjual degan bakar di Kudus ada banyak, tapi sekarang kayaknya tinggal saya sendiri. Penjualannya memang lebih sedikit dibanding kelapa muda, paling hanya sekitar 30 per hari,” ujar Rustim, beberapa waktu lalu.
Untuk mendapatkan rasa dan manfaat terbaik, kelapa bakar harus melalui proses pemanggangan selama satu jam. Harganya pun sedikit lebih mahal dibanding kelapa biasa.
“Kalau kelapa biasa saya jual Rp10.000. Sedangkan untuk kelapa bakar harganya Rp15.000,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan, kelapa bakar tidak hanya dikenal karena rasanya yang khas, tetapi juga karena manfaat kesehatannya. Airnya dipercaya dapat menjaga hidrasi tubuh, kaya akan elektrolit seperti kalium, natrium, dan magnesium, serta mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas.
Baca juga: Es Buah di Kedungdowo Kudus Ini Harganya Cuma Rp3 Ribu
Selain itu, air kelapa bakar juga diklaim membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan kesehatan jantung, mencegah batu ginjal, serta menyehatkan kulit dan rambut. Dalam pengobatan tradisional, air kelapa bakar juga digunakan untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan, seperti diare, sembelit, hingga demam.
“Manfaatnya, kan, banyak. Jadi selama masih ada yang mencari, saya akan tetap jualan,” tambahnya.
Penulis: M. Imam Shodiqin, Mahasiswa Magang Unisnu Jepara
Editor: Ahamd Rosyidi