BETANEWS.ID, KUDUS – Tiga tahun berada di Panti Pelayanan Sosial Disabilitas Sensorik Netra (PPSDSN) Pendowo Kudus telah menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Ida Fitrokah. Wanita berusia 23 tahun asal Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak itu mendapatkan berbagai pembelajaran yang bukan hanya membentuk keterampilannya, tetapi juga karakter dan mentalnya.
“Di sini saya diajarkan banyak hal. Ada bimbingan karakter, mental, kesenian, sampai keterampilan seperti pijat, gamelan, paduan suara, dan rebana. Semua itu menjadi bekal saya ke depan,” bebernya, Rabu (15/1/2025).
Salah satu mimpi besar yang ingin ia wujudkan adalah membuka panti pijat sendiri. Namun, Ida menyadari bahwa tantangan tak sedikit menghadang, terutama karena lokasi di kampungnya yang sepi.
Baca juga: PPSDSN Pendowo Kudus Luluskan 16 Disabilitas Netra Ahli Pijat
“Rencananya sih mau buka panti pijat sendiri. Tapi, kan, di kampung sepi. Jadi, pengennya cari di Kudus dulu untuk sementara waktu,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Ida juga bercita-cita bekerja di perusahaan. Namun, ia merasa keterbatasan ijazah menjadi penghalang besar. Terlebih hingga saat ini, penyandang disabilitas belum banyak dipercaya untuk bekerja di perusahaan.
“Pengen banget kerja di perusahaan. Kalau memang ada yang membuka peluang untuk saya, saya mau,” katanya dengan nada penuh harap.
Selama tinggal di panti, Ida merasakan suka duka bersama teman-temannya. Hal ini menjadi momen berharga yang sulit ia tinggalkan. Sebab, di panti banyak teman yang senasib dan mengerti satu sama lain.
“Kalau di rumah, saya nggak punya teman. Tapi di sini, temannya banyak. Kalau sedih, bareng-bareng, senang juga bareng-bareng,” kenangnya.
Baca juga: Djarum Foundation Akan Bangun 2 Ribu Jamban untuk Warga Kudus di 2025
Namun, ia juga menyadari bahwa kebersamaan itu tak berlangsung selamanya. Sebentar lagi, ia harus kembali ke rumah dan menjalani kehidupan bersama keluarganya. Ia pun sudah menyiapkan mental dan keterampilan yang diajarkan di sana untuk hidup mandiri.
“Persiapan sudah saya siapkan seusai purna bina. Keluarga juga sudah menerima saya dengan baik. Tapi yang saya takutkan, nggak punya teman seperti di sini. Karena di rumah nggak ada teman yang senasib. Jadi, mungkin saya agak merasa minder,” ujarnya.
Meski ada kekhawatiran, Ida percaya bahwa mentalnya telah cukup kuat untuk menghadapi dunia luar. Selama tiga tahun, ia dibimbing untuk menjadi pribadi yang tangguh. Kini, ia hanya berharap ada peluang dan dukungan untuk menggapai impiannya.
“Mental insyaAllah sudah siap. Saya hanya ingin terus mencoba dan tidak menyerah,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin