BETANEWS.ID, KUDUS – Di sebuah outlet merah bertuliskan Cipak Koceak and Friends di Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, kerumunan pembeli tampak sabar mengantre. Mereka rela menunggu untuk mencicipi jajanan pedas yang tengah viral, yakni Cipak Koceak. Di sana, seorang perempuan bernama Renti dengan sigap melayani para pembeli yang datang silih berganti.
Usai melayani para pembeli, dia menjelaskan, Cipak atau cimol dempak adalah jajanan khas Garut yang kini digemari kalangan muda, terutama pecinta makanan pedas. Renti mengungkapkan, bahwa idenya muncul dari tren makanan pedas yang sedang digandrungi.
“Anak muda sekarang sukanya yang pedes, murah, dan enak. Jadi saya terinspirasi dari pedagang di pinggir jalan,” kata saat ditemui beberapa hari lalu.
Baca juga: Tak Sia-Sia Datang dari Lumajang, Terang Bulan Ali Laris Manis di Kudus
Sambil menunjukan Cipak buatannya, Renti menjelaskan, makanan tersebut berbentuk bulat gepeng dengan tekstur kenyal yang digoreng hingga matang. Untuk menambah cita rasa, pembeli dapat memilih beragam topping seperti jagung manis, bawang, balado, hingga sambal cabai setan.
Tak hanya Cipak, di outlet itu juga tersedia jajanan lainnya seperti Citong, yang terbuat dari campuran tepung dan sayuran. Kemudian Cipuk dengan tambahan kerupuk, Cibay yang dibungkus kulit martabak dan Cisit yang dibalut kulit pangsit. Semua jajanan tersebut berbahan dasar tepung tapioka yang diolah dengan cara khas.
Renti menjelaskan, bahwa usaha tersebut dijalankan dengan sistem kemitraan bersama seorang penjual cipak asal Prambatan, Kudus. Selama tiga bulan terakhir, ia menjual produk Cipak dengan sistem bagi hasil, 75 persen untuk mitra dan 25 persen untuk dirinya.
“Awalnya saya ingin beli nama produknya, tapi setelah berunding saya memilih untuk bermitra saja,” ujarnya.
Outlet Cipak Koceak and Friends buka setiap hari mulai pukul 15.00 WIB hingga 21.00 WIB. Dengan harga mulai dari Rp500 hingga Rp1.000 per biji, Cipak Koceak sempat terjual hingga 1.200 biji per hari di awal pembukaan. Namun kini angka tersebut menurun menjadi sekitar 600 biji per hari karena banyaknya penjual lain yang meniru konsep serupa.
Baca juga: Belajar dari YouTube, Ririn Kini Punya Bisnis Roti yang Menjanjikan di Pawonbae Homemade
Meski usahanya sukses menarik perhatian pembeli, Renti mengakui ada tantangan yang harus dihadapi, seperti harus mengambil bahan mentah langsung dari rumah mitra yang jaraknya cukup jauh. Namun, motivasi besar dari sang suami membuatnya tetap semangat menjalani usaha tersebut.
“Suami saya pekerja, tapi dia ingin berwirausaha. Saya juga nggak mau diam saja, ingin punya pengalaman. Lokasi ini juga strategis dan ramai,” tambahnya.
Penulis: Arum Tri Handayani, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi