BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi Jalan Lingkar Utara, Desa Peganjaran, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, tepatnya di depan SPBU Peganjaran, tampak sebuah motor dengan gerobak berwarna hijau. Di gerobak tersebut, seorang pria paruh baya terlihat menjajakan terang bulan super jadul.
Pria itu adalah Ali (56), perantau asal Lumajang, Jawa Timur, yang sudah tujuh tahun berjualan terang bulan di Kudus. Ketika ada pembeli, Ali dengan cekatan mengambil terang bulan yang sudah diproduksi di rumah, lalu menambahkan margarin, meses, dan susu kental manis sebagai topping sesuai pesanan pembeli.
“Terang bulan ini saya buat sendiri di rumah. Jadi ini tinggal memberi topping saat ada pembeli,” kata Ali, beberapa pekan lalu.
Baca juga: Belajar dari YouTube, Ririn Kini Punya Bisnis Roti yang Menjanjikan di Pawonbae Homemade
Ali mengaku tidak sendiri dalam merantau sendirian. Ia bersama 11 orang lainnya dari Lumajang datang ke Kudus untuk membuka usaha terang bulan.
Selain kelompok perantau itu, ada 16 penjual asal Kudus yang juga ikut berjualan di bawah kelompok tersebut. Meski begitu, masing-masing tetap memiliki usaha sendiri-sendiri.
“Kami di sini ada 12 orang dari Lumajang, sementara 16 orang lagi asli Kudus. Tapi yang punya usaha ini orang Lumajang, termasuk saya sendiri,” ujarnya.
Sebelumnya, Ali dan rekan-rekannya sudah berjualan di daerah lain seperti Madura dan Solo, namun mereka hanya bertahan selama dua tahun di sana. Berbeda dengan Kudus, di mana terang bulan mereka berhasil mendapatkan banyak pelanggan dan bertahan hingga sekarang.
“Dulu kami merantau ke Madura, Solo, dan beberapa kota lain, tapi hanya dua tahun. Alhamdulillah di Kudus terang bulan ini banyak peminatnya, jadi kami bertahan lama di sini,” bebernya.
Baca juga: Es Teler di Pasuruhan Lor Ini Isiannya Banyak, Langsung jadi Primadona Warga Kudus
Pada hari biasa, Ali bisa menjual hingga 150 porsi terang bulan. Saat akhir pekan atau hari libur, penjualannya bisa mencapai 300 porsi. Setiap hari, ia mangkal di depan SPBU Peganjaran mulai pukul 7.00 WIB hingga 16.00 WIB.
“Saya mangkal di sini setiap hari. Harganya mulai Rp3.500 per porsi. Tapi kalau beli tiga porsi jadi Rp10.000,” jelasnya.
Penulis: Sania Nailul Muna, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi