BETANEWS.ID, KUDUS – Di belakang tugu bertuliskan IAIN Kudus, terdapat sebuah kedai sederhana bernama Pondok Jajanan. Tempat tersebut menjadi favorit bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar untuk membeli jajanan pasar. Beragam jenis kue tradisional tersedia di sana, seperti kue cucur, klepon, kue putu, onde-onde, dan lainnya.
Pemilik Pondok Jajanan, Agus Nurdianto (37), menjelaskan, sebagian besar jajan di sana ia produksi sendiri. Namun, pria yang akrab disapa Agus itu juga menerima titipan jajanan dari penjual lain.
Biasanya, Agus hanya mengambil keuntungan kecil, berkisar antara Rp300 hingga Rp1.000 per item. Agus mengaku, ia lebih memilih untuk menjaga harga tetap rendah lantaran mayoritas pelanggannya adalah mahasiswa yang memiliki keterbatasan uang.
Baca juga: Merasa Tak Dihargai, Selamet Nekat Keluar Kerja dan Kini Sukses Jual Jajan Pasar
“Biasanya mahasiswa itu uangnya tidak banyak. Jadi saya ambil untung sedikit saja, yang penting bisa diputarkan,” ujar Agus saat ditemui beberapa waktu lalu.
Pondok Jajanan buka mulai pukul 06.00 hingga 13.00 WIB. Berkat lokasinya yang strategis serta harga yang terjangkau, kedai itu selalu ramai pembeli di pagi hari.
Di Pondok Jajan, Risoles mayo menjadi salah satu menu paling laris. Bahkan, menu tersebut sering kali habis dengan cepat.
“Selain risoles mayo, jajanan seperti dimsum dan corn dog juga banyak diminati pelanggan,” bebernya.
Agus telah menggeluti usaha itu sejak 2019. Sebelumnya, ia sempat mencoba berbagai usaha kecil-kecilan hingga akhirnya mantap memilih usaha jajanan pasar sebagai sumber mata pencahariannya.
Baca juga: Dari Hobi Nonton Tutorial Masak, Sofiatin Temukan Bisnis Molen yang Menjanjikan
“Sebelumnya, saya sudah mencoba berbagai usaha lain. Pernah juga jadi kuli bangunan, hingga akhirnya saya memutuskan untuk menetap pada usaha ini,” tuturnya.
Ke depan, Agus berencana memperluas usahanya dengan membuka cabang baru. Namun, ia masih mempertimbangkan beberapa faktor penting, seperti riset pasar, lokasi strategis, dan manajemen stok produk.
Penulis: Prih Nur Fia Istiqomah, Mahasiswa Magang PBSI UMK
Editor: Ahmad Rosyidi