BETANEWS.ID, DEMAK – Penanganan HIV/AIDS masih terhambat stigma buruk masyarakat pada Irang dengan HIV dan AIDS (ODHA). Padahal mereka butuh dukungan dan kesadaran untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Demak, Heriwinarno, mengatakan, dukungan keluarga dan masyarakat sangat membantu dalam penyembuhan ODHA, sehingga perlu adanya edukasi mengenai penyakit menular itu.
“Kita memang sedang berusaha mengendalikan HIV/AIDS, syukur-syukur bisa memutus tapi jangan dimusuhi orangnya karena mereka butuh pertolongan dan support dari semuanya,” katanya saat ditemui di kantornya, Selasa (31/10/2023).
Baca juga: Dinkes Demak Temukan 93 Kasus HIV/AIDS Selama 2023, Paling Muda Usia 17 Tahun
Berdasarkan data kumulatif dari 2003-2023, terdapat 847 kasus HIV/AIDS di Demak. Rinciannya, 699 terinfeksi HIV dan 148 penyakit AIDS. Dari jumlah tersebut, 96 orang dinyatakan meninggal, serta 751 orang hidup dan dalam masa penanganan.
Heri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit HIV/AIDS. Salah satu indikasinya karena berpisahnya pasangan suami istri dalam jangka waktu yang lama.
“Memang punya resiko kalau merantau. Ada dua kemungkinan, misalnya orang yang tidak kumpul dengan pasangannya akan berpotensi dia mencari, masih jajan, terus punya selingkuhan. Kemudian punya mobilitas tinggi dan punya modal,” jelasnya.
Untuk mengidentifikasi ODHA, pihaknya mengaku rutin melakukan pemeriksaan, di antaranya ke rumah tahanan, tempat pekerja seks, dan komunitas lelaki seks lelaki (LSL).
Baca juga: Komunitas H*m* Muncul di Demak, Angka HIV/AIDS Meningkat
“Kami punya penjangkau LSL untuk mengindikasi HIV/AIDS, kami berikan tugas untuk menjangkau dan edukator untuk mengubah perilaku teman-temannya agar tidak beresiko menularkan,” terangnya.
“Pemeriksaan itu harus dilakukan tiga kali tes sampai benar-benar positif. Kalau baru sekali, terus tes kedua negatif, ya sudah indeterminit. Kemudian kita tunggu lagi tiga bulan berikutnya kita periksa lagi,” pungkasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin