BETANEWS.ID, KUDUS – Warung makan bertuliskan Nasi Kebuli Waroeng Konco terlihat di sisi Jalan Lingkar Utara, Desa Panjang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Tampak seorang pria sedang duduk sembari menunggu pembeli datang.
Pria bernama Suhariyanto (45) itu memang baru-baru ini menyibukkan diri di bisnis kuliner yang baru ia rintis bersama putranya, Hammam Aliy (18). Ini merupakan bentuk dukungannya kepada putra pertamanya itu agar punya pengalaman di dunia wirausaha.
“Awal membuka usaha warung makan, setelah anak lulus SMA. Saya menawarkan dia untuk berdagang. Ada beberapa pilihan membuka kafe atau warung makan nasi goreng,” ujar ayah dua anak tersebut, Senin (09/10/2023).
Baca juga: Mantapnya Nasi Kebuli di Kudus, Murah tapi Nggak Murahan Lho!
Setelah kepikiran beberapa bisnis, salah seorang kawan karib Suhariyanto menyarankan untuk membuka usaha warung makan nasi kebuli, karena pembuatannya yang lebih sederhana. Melalui berbagai pertimbangan, ia lantas mencoba menuruti saran tersebut.
“Setelah melalui sekitar tiga kali percobaan membuat nasi kebuli, sehingga dirasa telah cocok dengan lidah orang Kudus, akhirnya memberanikan diri untuk membuka warung,” jelasnya.
Selama belajar memasak nasi kebuli, ia mengaku tidak selalu berjalan lancar. Dengan bermodalkan telepon seluler, ia belajar secara otodidak melalui internet. Mengingat, makanan yang dikenal memiliki aroma rempah yang kuat itu ternyata masih awam di Kudus.
Sehingga, ia harus menyamakan rasa bumbunya dengan lidah masyarakat sekitar. Hal tersebut, yang menjadi kendala Suhariyanto dalam proses belajar menemukan rasa yang pas untuk masyarakat, khususnya orang-orang Kudus. Selain itu, Suhariyanto dan Hammam masih kesulitan dalam pemasaran atau promosi.
Baca juga: Berawal Dari Story Whatsapp, Nanik Kebanjiran Order Nasi Kebuli
Meski punya banyak kendala di awal, tapi lambat laun usahanya itu makin ramai. Dalam sehari biasanya ia hanya memproduksi satu kilogram nasi kebuli, yang artinya biasanya porsi yang diperoleh yaitu 16-17 porsi. Pendapatan yang diperoleh yaitu sekitar Rp100-300 ribu bergantung dengan sepi dan ramainya pembeli.
“Yang membedakan dengan nasi kebuli di tempat lain, ada pada berasnya. Kebanyakan orang memakai beras lokal kalau saya memakai beras basmati, agar hasilnya lebih pecah dan tidak lengket,” jelas laki-laki asal, Desa Bacin, Kudus.
“Untuk harga masih terjangkau Rp15 ribu untuk lauk ayam, sedangkan Rp20 ribu dengan lauk daging sapi,” tuturnya.
Editor: Ahmad Muhlisin