31 C
Kudus
Sabtu, September 23, 2023

Potret Wanita Perkasa Jepara, Masih Kuat Panggul Puluhan Karung Garam Walau Tak Lagi Muda

BETANEWS.ID, JEPARA – Enam perempuan berjalan beriringan dengan karung berisikan garam di punggungnya. Sementara satu perempuan lainnya dengan telaten memindahkan garam dari dalam tombong ke dalam karung agar siap diangkut oleh kawannya.

Musim kemarau menjadi masa panen raya bagi para petani garam. Saat petani padi tidak membutuhkan tenaga buruh di musim kemarau, para buruh tersebut beralih menjadi tenaga pengangkut di tambak garam.

Baca Juga: Cegah Korupsi Dana Desa, Pemkab Jepara Berlakukan Transaksi Nontunai di Desa

Mustirin (53), salah satu buruh di tambak garam bercerita bahwa ia sudah 20 tahun lebih bekerja sebagai tenaga buruh. Mulai saat anaknya masih berjumlah satu, hingga sekarang memiliki tiga orang cucu.

Ia bersama ke-enam kawannya mulai bekerja dari pukul 08.00 – 14.00 WIB. Rata-rata para buruh tersebut juga sudah puluhan tahun melakoni pekerjaan tersebut. Fisiknya yang tidak lagi muda, membuat Mustirin sering mengalami sakit di bagian kaki dan punggung.

“Sudah puluhan tahun, kalau mau jadi pedagang kan ya butuh modal. Dan kalau dagang semua siapa nanti yang jadi tenaga buruhnya, jadinya ya sudah dijalankan saja yang bisa dilakukan,” tuturnya saat ditemui di kawasan tambak garam Desa Panggung, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Selasa (15/8/2023).

Potret wanita pemanggul garam di kawasan tambak garam, Desa Panggung, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Foto: Umi

Mustirin bercerita bahwa ia bekerja sesuai musim. Saat mulai masuk masa tanam padi, dan tambak garam tidak lagi beroperasi ia beralih menjadi buruh petani padi.

Hal sama juga dilakukan oleh kawannya, Raudlatul Hidayah (53). Ia juga menjadi tenaga buruh sesuai dengan musim. Selain menjadi buruh petani, Hidayah dulunya juga menjadi buruh tenun. Namun karena faktor usia, penglihatannya tidak lagi awas sehingga ia sudah tidak lagi bekerja sebagai penenun.

“Sehari ya paling pol bisa kuat ngangkut 60-70 Tombong. Satu tombongnya itu dibayar Rp 7 ribu. Nanti hasilnya tinggal dibagi berapa orang yang ikut, kalau ini ada tujuh,” katanya.

Baca Juga: Pintu Stadion GBK Jebol Saat Penutupan Porprov, Pj Bupati Jepara: ‘Jangan Dibesar-besarkan’

Kharis (53), pengepul garam di desa tersebut yang mempekerjakan para buruh mengatakan bahwa selama masa panen garam mulai dari Juli sampai Oktober, buruh tersebut memang bekerja di tambak garam. Saat memasuki bulan Agustus yang menjadi puncak masa panen, buruh tersebut rata-rata bisa bekerja setiap hari.

“Kalau musim normal masa panen garam biasanya Juli-Oktober, bulan-bulan seperti ini rata-rata bisa kerja tiap hari, kerjanya emang kelompok nanti dapatnya berapa rombongan tinggal dikalikan, hasilnya di bagi ke anggotanya,” katanya.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

33,383FansSuka
13,322PengikutMengikuti
4,308PengikutMengikuti
118,000PelangganBerlangganan

TERPOPULER