31 C
Kudus
Sabtu, Juli 19, 2025

Rayakan Harlah ke-12, Forum Kalen Hadirkan Saksi Pembantaian ’65

BETANEWS.ID, KUDUS – Kelompok diskusi Forum Kamis Legen (Kalen) menyelenggarakan perayaan hari lahir ke-12, di Kebun Pecuk Pecukilan, Desa Bae, Kudus, Jumat (14/7/2023). Dalam perayaan harlah ini, Forum Kalen memilih tajuk acara “Bincang Hati Nyanyi Sunyi”.

Dalam acara ini, Forum Kalen menghadirkan saksi sekaligus korban pembantaian yang terjadi pada 1965 silam. Saksi itu adalah Kasmiran, Desa Getasrabi, Kecamatan Kaliwungu, yang kini telah berusia 84 tahun.

Pria renta yang pernah merasakan kerasnya penjara Nusakambangan sejak 1969 ini, dihadirkan untuk menceritakan peristiwa pembantaian Partai Komunis Indonesia (PKI).

-Advertisement-

Baca juga: Cerita Detik-Detik Terakhir Ketua PKI Singgah di Semarang Sebelum Ditangkap

Selain Kasmiran, hadir pula Dr Edy Supratno, anggota Forum Kalen sekaligus seorang ahli sejarah. Acara diskusi yang dihadiri sejumlah tamu undangan dari berbagai daerah di wilayah Muria ini, dimoderatori oleh anggota Forum Kalen lainnya, Abdul Chamim.

Dalam kesaksiannya, Kasmiran menceritakan, dirinya ditangkap karena dituduh menjadi anggota PKI. Dia kemudian dibawa ke Nusakambangan, bersama orang-orang yang dituduh PKI lainnya.

“Pada saat itu banyak orang Kudus yang dibantai. Ada seorang guru di Gebog juga dibantai karena dituduh sebagai PKI. Ada juga di desa-desa lain yang juga dibantai,” ujar Kasmiran.

Kasmiran mengaku, sebenarnya dirinya bukan anggota PKI. Saat itu, dia hanya mengikuti organisasi buruh, organisasi sayap PKI yang beranggotakan para buruh. Dia masuk ke organisasi tersebut karena menilai tidak ada organisasi lain yang benar-benar membela kepentingan buruh, selain organisasi buruh tersebut.

Baca juga: Ditetapkan Jadi Situs UNESCO, Kuburan Massal Korban G30S di Plumbon Semarang Kini Terbengkalai

“Saat itu saya adalah buruh di Muria Tex. Dulu banyak buruh yang ikut bergabung. Tidak hanya di Muria Tex, tapi juga banyak buruh di perusahaan lain, termasuk pabrik goni di Pecangaan (Jepara), juga banyak yang ikut,” tuturnya.

Menurut Kasmiran, peristiwa G30S/PKI yang memakan banyak sekali korban tak bersalah ini, didalangi oleh Soeharto, pemimpin Orde Baru. Dia juga menyebut, Soeharto bersama Untung, Komandan Cakrabirawa, diperalat oleh Amerika Serikat. Mereka dikendalikan Amerika, untuk menghabisi anggota PKI, sekaligus musuh-musuh Orde Baru.

“Seharusnya pemerintah sekarang memberikan kompensasi kepada para korban, termasuk korban seperti saya ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Edy menjelaskan, hingga saat ini belum ada rekonsiliasi di tingkat akar rumput, terkait peristiwa G30S/PKI. Para korban ini, menurut Edy, hidup dalam penderitaan, bahkan setelah pulang dari Nusakambangan dan Pulau Buru.

Baca juga: Diskusi ala Forum Kalen, Dibuka ‘Selamat Malam’, Ditutup ‘Selamat Pagi’

“Para korban ini kasihan, seperti Mbah Miran ini, hidupnya memang menderita. Tidak punya pekerjaan, kalau sakit tidak ada biaya,” tutur Edy.

Menurut Edy, ada dua golongan korban tahanan politik (tapol) dalam peristiwa G30S/PKI. Pertama, mereka yang menganggap perlakuan tidak adil itu, sebagai nasib yang harus diterima. Mereka ini bisa hidup lebih leluasa, karena tidak memiliki beban masa lalu.

“Yang kelompok kedua, mereka yang tidak bisa menerima, bahkan sampai ajal menjemput. Mereka tidak menerima perlakuan Orde Baru, karena merasa tidak bersalah,” tuturnya.

Editor: Suwoko

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER