BETANEWS.ID, DEMAK – Siang itu, Asroni (102) pulang dari masjid Dukuh Dalasem, Desa Rejosari, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak. Usai mengimami salat zuhur, ia kemudian melanjutkan aktivitasnya menganyam bambu. Sehari-hari, Asroni hampir tidak pernah absen menggarap kerajinan bambu. Ia bahkan tidak pernah bosan dengan rutinitas yang sudah dijalani selama hampir satu abad itu.
Saat betanews.id berkunjung ke kediamannya, Selasa (25/7/2023) ia menceritakan awal mula dirinya menggeluti usaha kerajinan bambu bersama istrinya Salamah (97). Ia mengaku, ketika masih remaja usia 16 tahun sudah menggarap kerajinana bambu. Kegiatan itu terus dilakukan hingga memiliki keluarga.

“Zaman dulu harganya ya Mang Pi (Rp5), masih ada uang gulden, satu sen. Sekarang harganya Rp15 ribu” cerita Asroni mengingat kejadian itu.
Baca juga: Pengki Bambu, Senjata Perajin Anyaman Jepara Lawan Gempuran Produk Plastik
Ada banyak jenis kerajinan bambu yang telah dihasilkan Ansori. Akan tetapi karena kondisi fisik yang sudah tak sekuat dulu, kini ia hanya mampu membuat beberapa anyaman saja, seperti tampir, tampah, dan lain-lain.
“Sekarang buat tampir bisa memakan waktu sebulan. Kalau dulu pas masih muda bisa cepet buatnya, jadi dapat uangnya juga banyak,” ujarnya.
Menurut Ansori, kerajinan bambu dulunya tidak berasal dari Dukuh Dalasem. Mulanya, para pengrajin lahir di Kecamatan Bonang di Pasar Gebang, kemudian beranak pinak ke Desa Kembangan, lalu ke Dukuh Tegalsari, Desa Rejosari dan berakhir di Dukuh Dalasem.
“Saat itu, orang jualan keliling ke pasar-pasar. Sekarang sudah banyak yang buat. Tapi yang paling banyak di sini,” pungkasnya.
Baca juga: Usaha Ikan Asin di TPI Wedung Demak Ini Bisa Produksi hingga 1 Ton Sehari
Ketua Tim Penggerak PKK Desa Rejosari, Zumiatun mengatakan, terdapat lebih dari 176 Kartu Keluarga (KK) membuat kerajinan bambu. Usaha itu, telah ada sejak lama dan diteruskan secara turun temurun.
Penjualan yang dulunya dititipkan ke pasar-pasar tradisional sekitar Rejosari, lambat laun melebar hingga ke berbagai kota dan luar negeri. Banyak dari kalangan usaha mebel dan furnitur, berdatangan membeli hasil anyaman masyarakat setempat.
Kerajinan bambu yang dihasilkan beragam, di antaranya bodak, tampir, tempat sampah, ayakan, vas bunga, tempat payung, rantang, dan lain-lain. Harga yang dijual pun bervariasi, mulai dari Rp15 ribu hingga puluhan ribu.
Editor: Ahmad Muhlisin

 
                                    