BETANEWS.ID, JEPARA – Mbah Datuk Gunardi atau Idha Gurnandhi merupakan seorang waliyullah yang menjadi pendiri dari Desa Singorojo, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. Ulama asal Singaraja, Buleleng, Bali itu berlayar ke Pulau Jawa, saat delapan saudaranya lebih memilih untuk tetap berada di keyakinan lamanya sebagi penganut agama Buddha.
Menurut Juru Kunci Makam Mbah Datuk Gunardi, Suhadi, sebelum sampai di daerah yang sekarang ini dikenal sebagai Desa Singorojo, dia lebih dulu menyebarkan agama Islam di Desa Troco, Kecamatan Pecangaan, Jepara. Di desa tersebut, ada juga peninggalannya yaitu Masjid Datuk Ampel.
Berdasarkan cerita, setelah Desa Troso kedatangan Mbah Senu dan Nyi Senu yang menjadi cikal bakal desa tersebut, mbah Datuk kemudian pamit untuk menyebarkan Islam serta menghabiskan masa tuanya di daerah lain.
Baca juga: Sejarah Desa Teluk Awur, Kisah Hancurnya Kerajaan Karena Terperdaya Wanita Cantik
“Jadi mbah Datuk ini yang mbabat alas berdirinya Desa Singorojo. Namanya disamakan dengan desa asalnya di Bali. Tidak ada yang lain selain mbah datuk tersebut,” kata Suhadi, Sabtu (15/04/2023).
Untuk menghormati jasa Mbah Datuk sebagai pendiri desa, masyarakat sekitar setiap tahunnya selalu mengadakan haul yang dilaksanakan setiap bulan Syuro di Hari Jumat Wage. Setiap delapan tahun sekali, pelaksanaan haul tersebut dapat bertepatan dengan tanggal 10 Syuro atau Muharram.
Baca juga: Sejarah Masjid Al-Makmur Desa Kriyan, Dibangun di Atas Keputren Ratu Kalinyamat
Para peziarah yang datang ke makam tersebut tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar. Banyak yang dari Desa Troso, Kerso, Sukodono, Sukosono, serta Ngeling.
Ia menambahkan bahwa makam Mbah Datuk dulunya ditemukan oleh tiga orang termasuk salah satunya bapak dari Suhadi yaitu Sutoharon, kemudian Mbah Afnan Sholeh atau Nandhir dari menara kudus,serta Mbah Hasan Basori dari Jember, Jawa Timur.
“Dulunya yang jaga (makam mbah datuk) itu bapak, kemudian saya yang gantian jaga disini,” tambahnya.
Editor: Ahmad Muhlisin