31 C
Kudus
Sabtu, November 1, 2025

Sejarah Masjid Al-Makmur Desa Kriyan, Dibangun di Atas Keputren Ratu Kalinyamat

Dibangun di atas tanah rawa atau dikenal masyarakat sebagai tanah embes, Masjid Al-Makmur yang berada di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamat, Kabupaten Jepara menyimpan sejarah tentang bukti adanya keberadaan kerajaan Ratu Kalinyamat di masa dahulu.

Sebelum mengalami pemugaran dan berubah menjadi bangunan modern, bentuk masjid Al-Makmur juga memiliki kemiripan dengan Masjid Agung Demak. Hal ini dapat terlihat dari beberapa dokumen yang dimiliki oleh kelompok pemuda Ansor di Desa Kriyan.

Berdasarkan penuturan Gus Muhammad, Pengasuh dari Pondok Pesantren Nailun Najah, masjid tersebut dulu pertama kali dibangun oleh Mbah Bodo atau Abdul Raqib yang memiliki nama arab Habib Hasan bin Ali bin Umar Al-Athos. Namun karena suatu hal pembangunan masjid tersebut tidak diselesaikan sehingga disebut masjid bubar.

-Advertisement-

Baca juga: Masjid Sheikh Zayed Jadi Destinasi Wisata Religi Baru di Solo, Setiap Hari Dipadati Ribuan Warga

Kemudian pembangunannya dilanjutkan oleh Mbah Siddiq atau Raden Kusumo Abdul Jalil. Beliau merupakan utusan dari Sunan Gunung Jati yang diperintahkan untuk menemani Ratu Kalinyamat agar lebih tenang, tentram, serta tidak berambisi ketika mengalami pertikaian perebuatan kekuasaan di Kerajaan Demak.

“Konon masjid ini dibangun setelah kerajaan Ratu Kalinyamat mengalami keruntuhan. Dibangunnya di atas keputren atau tanah embes yang sudah lama tidak terawat, sehingga kemudian di bangun masjid oleh mbah siddiq,” jelasnya pada Betanews.id, Kamis (23/03/2023).

Berdasarkan penelusurannya, Kepunden merupakan tempat untuk beristirahatnya Ratu Kalinyamat. Hal itu terbukti dari adanya peninggalan berupa batu gilang. Batu tersebut memiliki ukiran bertuliskan huruf Cina yang berada di sebelah barat masjid atau di samping tempat wudu putri. Namun keberadaannya kurang begitu terawat.

“Dulu tempatnya berada di tempat pengimaman. Tapi setelah dipugar ditempatkan di samping masjid,” katanya.

Baca juga: Sejarah Masjid Langgardalem: Dibangun Sunan Kudus, tapi Tak Digunakan untuk Salat Jumat

Selain peninggalan watu gilang, terdapat juga peninggalan lain yang masih dipertahankan dari bangunan awal masjid berupa limasan yang berada di puncak masjid yang memiliki kemiripan dengan ukiran dari Cirebon. Bagian atap dari limasan tersebut ketika diturunkan bentuknya mirip seperti mangkok, yang menurut ahli fisika berfungsin untuk menangkal petir.

“Jadi betapa luar biasanya leluhur dahulu sudah mampu menciptakan alat untuk melindungi bangunan dari sambaran petir,” tambahnya.

Editor: Suwoko

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER