Seorang perempuan tua tampak sibuk menata barang kerajinan gerabah di lapak kecilnya, di Lapangan Kenari, Desa Purwogondo, Kecamatan Kalinyamat, Jepara, belum lama ini. Sesekali dirinya melayani orang yang datang untuk membeli gerabah yang dia jual. Perempuan itu bernama Suyatin (70), yang telah 40 tahun berjualan gerabah.
Kerajinan gerabah yang dia jual di lapak kecilnya itu, ada celengan berbagai bentuk, mainan anak-anak berbentuk perabotan memasak berwarna-warni, dan sejumlah barang kerajinan lainnya. Suyatin menggelar lapaknya di sana, untuk mencari peruntungan dalam even pasar malam.
Kepada Betanews.id, Suyatin sudi berbagi kisah hidupnya dalam menjual gerabah. Dia mengaku telah 40 tahun menjadi penjual gerabah. Tidak hanya di Jepara, ia sudah pernah berkeliling ke berbagai daerah, mulai dari Kudus, Semarang, Sragen, hingga Solo.
Baca juga: Kenalkan Anak dengan Permainan Tradisional, Toyyib: ‘Saya Ingin Permainan Ini Tidak Punah’
“Dulu jualan sama suami, kemana saja yang ada ramai-ramainya. Pernah ke Semarang acara Dugderan, cuma sejak Covid kemarin berhenti tiga tahun. Ini baru jualan lagi,” turur Suyatin kepada Betanews.id, belum lama ini.
Sekali berangkat, ia biasanya membawa 4 keranjang gerabah. Satu keranjang berisi 300 kerajinan gerabah. Saat berjualan di Dugderan Semarang sebelum adanya pandemi, dalam sehari ia mampu menjual 5.000 lebih mainan gerabah tersebut. Tetapi saat ini omzet penjualannya terus menurun. Dalam sehari rata-rata ia hanya mengantongi Rp 150 ribu rupiah.
“Pas ramai dulu sehari Rp 3 juta bisa. Bawa 12 keranjang itu kurang, pas di Dugderan sebelum pandemi. Sekarang nggak bisa. Sehari paling Rp 100 ribu, Rp 150 ribu, rugi malah hitungannya. Cuma udah terlanjur jualan di sini,” tambahnya.
Baca juga: Cerita Yudiono Diajari dan Diberi Modal Warga Banjarnegara untuk Jualan Es Dawet Ayu
Mainan anak-anak berupa perabotan memasak ia jual Rp 2.500 perbuah. Selain menjual mainan gerabah, ia juga menjual beberapa mainan seperti mainan peralatan memasak yang terbuat dari seng, timbangan mainan, topeng barongsai, serta mainan otok-otok yang berbentuk ayam.
Mainan tersebut ia beli dari pengepul yang berada di Desa Mayong. Suyatin biasanya mendapat informasi adanya kegiatan pasar malam atau tradisi daerah tertentu dari teman-temannya. Tetapi karena usianya kini tak muda lagi, ia hanya berjualan di Jepara dan Kudus.
Editor: Suwoko