BETANEWS, DEMAK – Masjid Ni’matul Ittihad yang bertempat di Desa Mandung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, menjadi salah satu masjid tertua di Kota Wali. Bangunan berlantai dua dengan kubah yang mirip Masjid Agung Demak, tampak kokoh di tengah pemukiman warga.
Konon masjid yang berjarak sekitar 4 kilometer dari laut itu, dikenal oleh masyarakat dengan sebutan masjid tiba, atau masjid yang tiba-tiba ada. Diketahui umur Masjid Ni’matul Ittihad telah berusia 200 tahun.
Lurah Desa Mandung Hartono mengatakan, Masjid Ni’matul Ittihad awalnya memiliki struktur dinding kayu. Akan tetapi, setelah direnovasi dan pelebaran, beberapa ornamen kuno, sudah tidak ada lagi. Satu di antara benda kuno yang kini telah hilang, yakni alat penunjuk waktu salat.
Baca juga: Sejarah Masjid Al-Makmur Desa Kriyan, Dibangun di Atas Keputren Ratu Kalinyamat
“Dulu orang mau salat, lihatnya pakai alat yang bentuknya cembung, pas berada di beranda masjid untuk melihat cahaya matahari yang tergelincir, ” katanya pada Betanews.id, Sabtu (25/3/2023).
Tidak hanya itu, di bagian kiri masjid juga terdapat sumber air yang digunakan sebagai tempat wudu, masih terjaga hingga sekarang. Menurut Hartono, air tersebut juga dijadikan obat dan dibuat mandi oleh anak-anak setiap Jumat Wage. Uniknya meskipun kemarau air tidak kering dan digunakan oleh masyarakat.
“Awalnya sumber air hanya berbentuk lubang dan dibatesi batu-batu karang. Itu diambil warga tidak pernah habis, bahkan dibuat obat juga. Sekarang airnya bisa diambil melalui keran, ” terangnya.
Kelestarian Masjid Ni’matul Ittihad Mandung tidak terlepas dari peran masyarakat. Bahkan diketahui nazir penjaga masjid sudah dipegang oleh generasi ke-6, yakni Ahmad Mustain seorang kiai Desa Mandung.
“Setiap hari masjid bisa menampung lebih dari seribu jamaah masyarakat Desa Mandung, ” jelasnya.
Baca juga: Masjid Agung Demak Sediakan Menu Buka dan Sahur Gratis Selama Ramadan
Terdapat berbagai kegiatan keagamaan berpusat di masjid Ni’matul Ittihad Mandung. Hal itu juga tidak jauh dari kiprah tokoh Nahdlatul Ulama KH Muhammad Hadi atau Ki Ageng Giri Mranggen, yang mengajarkan dakwah keislaman di Desa Mandung.
“Mbah Kiai Muh Hadi Rais Syuriah juga ketua PC NU Jawa Tengah sekitar 1950an yang mengajarkan toriqoh di sini, ” pungkasnya.
Editor: Suwoko