BETANEWS.ID, KUDUS – Lentog Tanjung merupakan kuliner khas Kudus yang sudah terkenal di Nusantara. Namun, tak banyak yang tahu jika makanan ini rupanya ada kaitan erat dengan pembangunan Masjid Menara Kudus.
Kepala Desa Tanjungkarang, Sumarno, menuturkan, Lentog Tanjung ini berkembang pada masa awal penyebaran Islam di Kudus oleh para Walisongo.
“Saat Walisongo menyebarkan agama Islam di Kudus, mereka berniat membangun masjid sebagai pusat dakwah. Kemudian walisongo secara diam-diam menyiapkan bahan baku pembuatan masjid Menara Kudus. Pengadaan bahan itu dilakukan setiap malam termasuk di Desa Tanjungkarang agar tidak menarik perhatian,” beber Sumarno saat ditemui di kantornya, Rabu (15/2/2023).
Baca juga: Lentog Tanjung Pak Warsito, Santapan Pembuka Hari yang Bisa Jual 400 Porsi Sehari
Sayangnya, kata Sumarno, ketika menyiapkan adonan tembok untuk pembangunan masjid itu, ada penjual nasi yang sedang menyiapkan masakannya. Waktu itu dia sedang menyaring santan di warungnya. Setelah selesai, penjual itu kemudian mengetuk-ngetukan saringan kelapa di tiang bambu.
Rupanya, aksi penjual nasi itu membuat para santri dan tenaga kerja kaget dan mengira jika hari sudah pagi. Para santri kemudian bergegas kembali ke komplek Menara untuk melaksanakan salat subuh.
Mengetahui para santri yang meninggalkan bahan bangunan, seorang wali yang kini sering disebut dengan nama Mbah Kulah (Mbah Sukesi) itu lantas bersabda, “Nek ono rejoning zaman, wong Tanjungkarang ojo ono sing dodolan sego, mergo ganggu pembangunan. (Nanti saat ramainya zaman, orang Tanjungkarang tidak boleh ada yang berjualan nasi, karena sudah mengganggu pembangunan.”
“Intinya jika ada orang Desa Tanjungkarang yang berjualan nasi tidak akan laris,” tuturnya.
Baca juga: Lentog Tanjung Bu Sugi, Disukai Banyak Orang Karena Kuahnya Lebih Kental
Maka dari itu, warga Desa Tanjungkarang tidak mau berjualan nasi dan diganti dengan berjualan lentog. Awalnya penjual lentog ini menjajakan dagangannya dengan berkeliling seharian. Seiring berjalannya waktu, para penjual lentog diberikan fasilitas Pemdes Tanjungkarang di area Pasar Kuliner Lentog yang berada di seberang lapangan sepak bola.
“Berjualan lentog dengan dipikul sambil berkeliling itu dilakukan sudah lama. Sejak saya masih kecil itu ada dan orang yang jualan banyak. Tapi tidak sebanyak saat ini yang jumlahnya mencapai sekitar 136 orang,” tambahnya.
Editor: Ahmad Muhlisin