BETANEWS.ID, SOLO – Semenjak tragedi Kanjuruhan yang terjadi beberapa watu lalu, banyak suporter bola yang melakukan aksi perdamaian. Banyak dari mereka yang bergabung dan mengakhiri perseteruan yang sudah lama terjadi.
Perdamaian antar suporter klub sepak bola tidak hanya terjadi saat ini. Sebelumnya, suporter Persis Solo, Pasoepati juga pernah melakukan perdamaian dengan Bonek, suporter Persebaya Surabaya.
Perdamaian tersebut dibuktikan dengan pohon cinta yang tumbuh subur di halaman Museum Titik Nol Pasoepati, di Jalan Kolonel Sugiyono Nomor 37, Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo.
Pendiri Museum Titik Nol Pasoepati sekaligus Mantan Presiden Pasoepati Mayor Haristanto menceritakan, mulanya Pasoepati berhubungan baik dengan Persebaya sejak 2000. Begitu juga dengan Bonek yang mendukung klub sepak bola asal Solo, Pelita Solo.
Baca juga: Suporter Persis, PSIM, dan PSS Sepakat Damai, Baliho Mataram is Love Terpampang di Manahan
“Berjalannya waktu, 2010 terjadi gesekan. Sebenarnya bukan dengan suporter tetapi dengan masyarakat. Banyak suporter Persebaya naik kereta api mungkin rusuh dengan warga, akhirnya jadi permusuhan,” katanya, Kamis (6/10/2022).
Setelah sekian lama, tahun 2010 ada perwakilan dari Bonek memiliki niat baik untuk melakukan perjanjian damai dan akhirnya terjadilah perdamaian itu pada Januari 2011.
“Akhirnya saya bikin sejarah menanam Pohon Cinta Pasoepati dan Bonek. Dulu masih 17 cm, sekarang sudah tinggi 7 sampai 8 meter,” ujarnya.
Menurut Mayor, pohon cinta tersebut sangat bersejarah baginya. Maka dari itu, ia mengaku tidak berani untuk memotong pohon itu.
“Karena itu pohon yang sangat bersejarah setiap Bonek atau Persebaya ke sini melihat atau tilik. Itu sawo Jawa, itu pohon langka, harus kami rawat karena sulit mencari pohon itu,” kata dia.
Saat itu, ia memilih untuk menanam pohon lantaran bisa meniadi bukti dan penanda perdamaian jika dibandingkan dengan hanya foto bersama. Perdamaian kala itu juga mendapatkan banyak reaksi, baik pro maupun kontra. Namun, menurutnya usaha dengan niat yang baik pasti akan dimudahkan.
Baca juga: Muralis Solo Gelar Aksi Solidaritas Pesan Damai untuk Sepak Bola Indonesia
“Buat apa sih berusuh ria, apa yang didapatkan dengan permusuhan? Saya pengen, inilah kita lupakan masa lalu lebih baik menatap masa depan kita songsong. Kita tutup masa lalu rapat-rapat, kita bangun sepak bola yang bersahabat bersaudara biar hidup indah, karena inti sepak bola adalah kegembiraan,” ujarnya.
Lebih lanjut, menanggapi aksi perdamaian yang dilakukan antara suporter klub sepak bola Solo dan Yogyakarta di Stadion Mandala Krida, beberapa waktu lalu, ia mengapresiasi hal itu. Ia pribadi mengaku sudah menunggu selama 20 tahun, menantikan perdamaian itu terjadi.
“Saya mengapresiasi, itu sebuah langkah yang luar biasa. Saya pribadi menunggu 20 tahun kami menunggu. Saya senang, saya bangga, bahwa kita semuanya punya kesadaran, bahwa sebaiknya penak seduluran. Kapan-kapan lah mereka akan datang ke Solo, kita datang ke Jogja,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin