Edy Supratno,

Kereta api pada zaman penjajahan Belanda menjadi moda transportasi primadona, karena dianggap paling modern. Kereta yang awalnya dibangun untuk kepentingan bisnis dan industri, kemudian juga dimanfaatkan untuk mengangkut penumpang. Kereta dianggap lebih cepat, dibanding moda transportasi lain, yang pada masa itu hanya ditenagai hewan.

Hal itu dinyatakan sejarawan asal Kudus, Edy Supratno, kepada Tim Liputan Khusus (Lipsus) Beta News. Menurutnya, kereta api menjadi primadona masyarakat di Jawa pada saat itu, tak terkecuali di Kudus dan sejumlah daerah di sekitarnya. Pada saat itu, kereta api yang beroperasi di wilayah tersebut dikelola oleh sebuah perusahaan swasta bernama Samarang–Joana Stoomtram (SJS) Maatschappij.

Mungkin masyarakat saat itu juga ingin merasakan sensasinya naik kereta. Karena pada zaman itu, moda transportasi hanya digerakan tenaga hewan.

Edy Supratno, Sejarawan

Saat itu SJS mengoperasikan kereta jalur Semarang-Lasem. Jalur tersebut dibuka pada tahun 1884. Selain mengangkut barang, gerbong-gerbong kereta milik SJS juga mengangkut manusia. Tak hanya kalangan masyarakat kelas satu orang-orang Eropa, kereta jalur tersebut juga sangat diminati penumpang dari kalangan pribumi.

“Mungkin masyarakat saat itu juga ingin merasakan sensasinya naik kereta. Karena pada zaman itu, moda transportasi hanya digerakan tenaga hewan. Kereta menjadi transportasi paling modern pada saat itu,” tutur Edy kepada Tim Lipsus Beta News, beberapa waktu lalu.

Edy kemudian menyebutkan data penumpang yang menunjukkan, betapa besar antusiasme masyarakat di Kudus pada saat itu terhadap kereta api. Pada tahun pertama dibukanya jalur Semarang-Lasem, jumlah penumpang kelas satu sebanyak 3.807 penumpang. Sedangkan untuk masyarakat kelas dua, termasuk masyakarat pribumi, sebanyak 209.789 penumpang.

- advertisement -

“Yang kelas dua ini termasuk masyarakat bumi putra (pribumi), yang tentu gerbongnya terpisah. Kadang ada yang satu gerbong dengan hewan, misalnya kambing. Jadi dulu ada sebutan kelas kambing,” ujar Edy.

Antusiasme masyarakat pada tahun-tahun berikutnya terus meningkat. Lima tahun kemudian, penumpang kelas satu tercatat ada mencapai 11.850 orang, dalam satu tahun. Kelas 2 mencapai 451.000 orang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini