Warga Sikep sedang mengambil bibit padi di persawahan Sukolilo, Pati. Foto: Rabu Sipan

Dukuh Bombong adalah sebuah perkampungan yang dikelilingi area persawan di sebelah barat Pegugungan Kendeng. Perkampungan tersebut secara administratif masuk wilayah Desa Batu Rejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Kampung yang tampak seperti perkampungan pada umumnya di Pati ini, hidup sejumlah keluarga penganut ajaran Samin Surosentiko atau lebih dikenal sebagai kelompok Sedulur Sikep.

Di sebuah rumah berbentuk joglo saka wolu di Dukuh Bombong, tampak duduk seorang laki-laki berikat kepala dan bercelana cingkrang. Dia adalah Gunretno, tokoh masyarakat Sedulur Sikep. Kepada Tim Liputan Khusus Betanews.id, Gunretno sudi menjelaskan sejarah dan persebaran masyarakat Sedulur Sikep dari Blora, hingga kini menyebar hingga ke Pati dan Kudus.

Gunretno menjelaskan, kelompok masyarakat Sikep muncul pertama kali pada era sebelum kemerdekaan. Sekitar tahun 1859, lahir seorang anak bernama Raden Kohar, di Desa Kediren, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora. Anak tersebut kemudian dikenal sebagai Samin Surosentiko, seorang tokoh yang pergerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Mbah Samin menasehati anak keturunannya dan para pengikutnya untuk meneruskan ajaran dan melawan ketidak-adilan. Bukan hanya menolak membayar pajak kepada penjajah, tapi juga tidak mengikuti perilaku dan cara berpaikaiannya.

Gunretno, tokoh Sedulur Sikep Pati

Samin Surosentiko, kata Gunretno, menganggap penjajah Belanda adalah tamu. Maka, Belanda tidak berhak mengatur pribumi, termasuk memaksa membayar pajak, membangun jalan dan melakukan tanam paksa. Perlawanan terhadap penjajah, tidak dilakukan dengan perlawanan fisik dengan berperang. Namun, perlawanan dilakukan dengan tindakan pembangkangan menolak segala perintah dari Belanda.

“Mbah Samin melakukan perlawanan terhadap penjajah bukan dengan jalan perang. Meski begitu, beliau ditangkap dan diasingkan di Sumatra hingga meninggal di sana. Karena apa yang jadi perturan Belanda Mbah Samin menolak, dan pengikutnya banyak,” tutur Gunretno.

- advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini