BETANEWS.ID, KUDUS – Kopi Estu, sebuah kafe yang berada di Jalan Kampus Universitas Muria Kudus masih belum terlihat begitu ramai pengunjung. Hanya beberapa kursi yang terisi oleh pengunjung yang sedang menikmati kopi dan beberapa makanan ringan. Diiringi alunan musik, pengunjung tampak terlihat asyik ngobrol bersama temannya. Salah satunya adalah Anjas Pramono (22).
Anjas, begitu dia akrab disapa, merupakan pemuda asal Desa Besito, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Ia, tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas Brawijaya Malang. Ia juga salah satu pencipta Dictionary for Deaf (Difodeaf), yakni aplikasi penerjemah bahasa verbal menjadi bahasa isyarat.

Aplikasi Difodeaf ini, juga telah membawa Anjas dan tim meraih penghargaan pada ajang kompetisi internasional, yakni Crown International Invention, Innovation and Articulation (I-IDEA 2018 CROWN). Pada ajang yang diselenggarakan Universiti Teknologi MARA Malaysia pada 26 April 2018 lalu, ia dan tim berhasil meraih silver medal.
Baca juga : Dengan GO-Darja, Kini Pendaftaran Pasien di RSUD Loekmono Hadi Tak Perlu Antre
“Salah satu yang saya ciptakan bersama teman-teman saya itu bentuk kamus atau aplikasi bahasa isyarat. Dari bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, nanti diubah menjadi gambar. Jadi masyarakat luas bisa belajar bahasa isyarat lebih mudah dan praktis. Namanya Difodeaf,” papar Anjas, Kamis (26/6/2020).
Mahasiswa yang kini lebih sibuk di kampung halaman karena pandemi Covid-19 ini, mengatakan, jika pengalaman pribadinya menjadi faktor terbesar yang dijadikan Anjas sebagai latar belakang untuk mendalami dan menciptakan berbagai aplikasi dengan fokus kepada teman-teman disabilitas. Selain itu, jurusan kuliahnya pun mendukung untuk mewujudkan niat yang ia punya.
“Jadi ini berangkat dari pengalaman pribadi. Saya sendiri seorang tuna daksa. Waktu kecil, pernah diajak orang tua liburan ke Jawa Timur. Di sana saya bingung mau apa. Karena secara fasilitas saya tidak bisa menikmati. Tidak ada kursi roda dan sebagainya. Nah, selain aplikasi kamus bahasa isyarat itu, saya juga menciptakan beberapa aplikasi lain. Salah satunya Locable. Aplikasi buat lokasi yang bisa dikunjungi temen-temen tuna daksa. Tapi sejauh ini, aplikasi itu baru bisa digunakan untuk lingkup Malang,” papar dia.
Selanjutnya, Anjas menyebutkan, beberapa aplikasi lain yang berhasil ia ciptakan bersama tim, yakni aplikasi Jubilitas, sebuah aplikasi untuk jual beli dari produk teman-teman disabilitas. Lalu aplikasi Guru Ngaji Malang, serta aplikasi E-Angkot untuk para pengguna angkot di daerah Malang. Dari keseluruhan aplikasi tersebut, diakui Anjas, baru beberapa aplikasi yang sudah launching dan bisa diakses melalui Google Playstore.
“Kalau yang Difodeaf itu belum bisa diakses. Tapi yang seperti E-Angkot atau Locable sudah bisa. Dan kelima aplikasi tersebut awalnya memang saya ciptakan untuk ikut lomba. Baik itu di tingkat universitas atau PKM, sampai tingkat Internasional. Yang pertama menang di tingkat Internasional pada tahun 2017 di Universiti Teknologi MARA,” papar dia.
Baca juga : K-Plug, Alat Perekam Canggih Buatan Warga Kudus Diminati Musisi Mancanegara
Dari kemenangan itu, Anjas dan kawan-kawannya selanjutnya semakin bersemangat menciptakan berbagai aplikasi lain dan diikutsertakan berbagai perlombaan di ajang Internasional. Totalnya sendiri, dari 2017 hingga 2019 ia sudah mengikuti 13 ajang Internasioal. Berbagai prestasi pun telah ia peroleh. Seperti medali emas, perak dan perunggu. Namun, ia pribadi mengatakan tetap fokus terhadap kebutuhan teman-teman disabilitas di era modern.
“Meskipun dua aplikasi yang saya sebutkan tadi bersifat umum, tapi tiga lainnya memang untuk kebutuhan teman-teman disabilitas. Karena saya pribadi lebih fokus di sana. Bagaimana saya mengeksplorasi keahlian saya yang memang di jurusan teknik untuk membuat sebuah terobosan bagi masyarakat, khususnya teman-teman disabilitas. Contohnya Difodeaf tadi. Esensinya supaya orang awam itu bisa bahasa isyarat. Karena saya perhatikan, hingga saat ini masih banyak orang yang menyepelekan dan minim yang peduli,” ungkap dia.
Editor : Kholistiono