BETANEWS.ID, KUDUS – Suara mesin drone mendengung di area persawahan Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Kamis (21/12/2023). Ketika baling-baling berputar, drone berdiameter kurang lebih semeter pun kemudian terbang di atas hamparan tanaman padi.
Drone itu tampak terbang rendah sekitar dua meter dari tanaman padi. Melaju dengan kecepatan sedang, cairan pestisida pun memancar dari delapan niple. Penyemprotan obat untuk membunuh gulma pun dimulai.
Setiap dua kali putaran penyemprotan, drone pun mendarat untuk ganti baterei dan mengisi cairan pestisida lagi. Hal itu terus diulangi sampai penyemprotan selesai.
Baca juga: Buruh Tani Makin Langka, Petani di Undaan Kudus Mulai Gunakan Mesin Tanam
Pemilik sawah, Hawi Sukamto, mengaku sudah dua tahun ia menggunakan teknologi untuk bertani. Selain drone, ia juga menggunakan mesin tanam dan panen.
“Saya sudah dua tahun melakukan penyemprotan pestisida untuk tanaman padi menggunakan drone. Selain lebih hemat juga lebih cepat,” ujar Hawi.
“Penyemprotan hama secara konvensional menghabiskan Rp300 ribu per hektare. Itu untuk ongkos tenaga saja. Kalau pakai drone, paling menghabiskan Rp250 ribu,” lanjut pria yang juga Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Kudus tersebut.
Karena tak punya mesin drone sendiri, Hawi pun kemudian bekerja sama dengan Maxxi Tani, perusahaan yang menyediakan berbagai mesin untuk pertanian.
“Kita kerja sama dengan Maxxi Tani terkait drone untuk penyemprotan, mesin tanam dan mesin panen,” ungkapnya.
Baca juga: Penggantian Kartu Tani ke KTP untuk Pengambilan Pupuk Masih Wacana
Field Officer Maxxi Tani, Arif Rahmat, mengatakan, mesin drone yang digunakan untuk penyemprotan pestisida ini berdiameter satu meter dengan kapasitas 22 liter.
“Drone ini ada 8 nozle sebagai ujung penyemprotan. Ketika terbang, bentang penyemprotannya kurang lebih 6 meter,” ujar Arif.
