31 C
Kudus
Sabtu, Juli 19, 2025

Sejarah Bubur Asyura di Kudus: dari Kapal Nabi Nuh hingga Buka Luwur Sunan Kudus

BETANEWS.ID, KUDUS – Bubur Asyura bukan sekadar hidangan, tapi mengandung nilai sejarah dan spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Tradisi ini berakar dari peristiwa penting yang terjadi pada 10 Muharram, salah satunya adalah kisah diselamatkannya Nabi Nuh dan kaumnya dari banjir besar yang melanda bumi.

Menurut riwayat, usai bahtera Nabi Nuh berlabuh dengan selamat, beliau memerintahkan kaumnya untuk mengumpulkan sisa-sisa bahan makanan yang masih tersedia di kapal. Bahan-bahan itu dimasak menjadi bubur sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas keselamatan mereka dari bencana. Dari sinilah bubur Asyura berasal, bubur yang mencerminkan kebersamaan dan kesederhanaan.

Baca Juga: Ngalap Berkah, Puluhan Pria Rela Tinggalkan Pekerjaan Demi Ikut Buat Luwur Makam Sunan Kudus

-Advertisement-

Tak hanya itu, tanggal 10 Muharram juga diyakini sebagai hari ketika Nabi Musa diselamatkan dari kejaran tentara Fir’aun, serta hari dipertemukannya Nabi Ya’kub dengan putranya Nabi Yusuf. Momen-momen ini semakin menguatkan makna hari Asyura sebagai hari kemenangan dan keselamatan bagi para nabi dan umatnya.

Di Kudus, tradisi bubur Asyura menjadi bagian dari rangkaian Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus. Tradisi lokal ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah para nabi, sekaligus pelestarian budaya warisan Wali Songo, utamanya Sunan Kudus. Bubur Asyura pun dibagikan sebagai sedekah kepada masyarakat, keluarga, santri, hingga jamaah masjid.

Koordinator Pembuat Bubur Asyura, Muflichah mengatakan, tahun ini pembuatan bubur Asyura sebanyak 6 kawah dan dibagikan kepada masyarakat sekitar, tokoh agama, panitia, dan pondok pesantren di wilayah tersebut.

Menurutnya, Bubur Asyura bukan sekadar hidangan biasa, melainkan bubur tradisi yang dibuat dari beragam bahan alami, seperti beras, jagung, kacang tanah, kacang hijau, dolo, kedelai, pisang, ubi jalar, dan singkong. Kesemuanya dimasak dengan santan dan dibumbui dengan rempah khas seperti, garam, kayu manis, serta daun seri.

“Kalau mengaduknya itu butuh waktu sekitar tiga jam, tapi persiapannya sudah dimulai sejak malam sebelumnya dengan merebus bahan-bahan biji,” katanya.

Baca Juga: Sambut Bulan Muharram, Masyarakat Desa Jambu Timur Jepara Gelar Piweling Asyura 

Ia menuturkan, bubur yang biasa dibuat di bulan Muharram itu memiliki cita rasa khas dengan aroma rempah yang kuat. Dalam satu kawah bisa dihasilkan sekitar 170 porsi, tergantung kekentalan dan isian bubur.

Dari total enam kawah, lima kawah dibagikan ke masyarakat dan satu kawah dibagikan khusus untuk jamaah laki-laki di masjid dan jamaah perempuan di bagian belakang masjid Menara Kudus.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER