31 C
Kudus
Jumat, Juli 18, 2025

Teater Suryopati IPMAFA Sentil Kebijakan Pemerintah Lewat Pentas “Nampi”

BETANEWS.ID, PATI – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Suryopati Institut Pesantren Mathali’ul Falah (IPMAFA) menggelar pertunjukan teater bertajuk Nampi di halaman kampus IPMAFA, Kamis (19/6/2025) malam.

Pentas ini merupakan produksi utama kelompok teater tersebut dan menjadi medium ekspresi serta komunikasi mahasiswa kepada publik melalui seni pertunjukan.

Baca Juga: Gandrung Sastra Sukses Pentaskan Monolog ‘Jabrik’ di Rejosari Kudus

-Advertisement-

Pementasan diawali dengan orasi budaya yang disampaikan oleh Arif Khilwa dari Komunitas Gandrung Sastra. Dalam orasinya, Arif menekankan pentingnya menjaga warisan budaya pesantren di tengah arus modernisasi yang semakin deras.

“Budaya berperan sebagai pagar, jembatan, sekaligus petunjuk arah agar santri tidak kehilangan jati dirinya,” ujar Arif.

Ia menambahkan bahwa budaya tidak seharusnya dianggap sebagai beban, melainkan bekal yang menyertai perjalanan hidup, terutama dalam menjaga identitas santri.

Sutradara pertunjukan, Nanda, mengatakan, istilah nampi yang bermakna menerima diinterpretasikan lebih luas, tidak semata dalam konteks menerima tamu, melainkan sebagai sikap menerima kenyataan dan hakikat kehidupan dengan lapang dada.

“Dalam budaya Jawa, menerima bukan hanya bentuk keramahan, tetapi juga mencerminkan kedewasaan dalam menyikapi kehidupan,” ujar Nanda.

Pertunjukan menghadirkan empat aktor utama, yaitu Nanda, Ubed, Indah, dan Faza. Keempatnya memainkan peran dengan penghayatan mendalam. Salah satu karakter mencolok diperankan oleh Ubed, yang membawakan sosok pemimpin otoriter, gila jabatan, dan abai terhadap nasib rakyat.

“Tokoh ini kami angkat sebagai cermin dari fenomena kepemimpinan yang jauh dari etika publik. Mereka yang enggan dikritik dan lebih mementingkan kekuasaan dibandingkan rakyat,” ungkap Ubed usai pementasan.

Baca Juga: Teater Lentera Jepara Bawa Persoalan Bawah Laut dalam Pentas Keliling Jawa Tengah 

Pementasan juga menyinggung isu aktual, seperti kebijakan kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Pati sebesar 250 persen, yang menuai kritik dari masyarakat. Dalam pertunjukan, isu ini disimbolkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemimpin yang tidak berpihak pada rakyat.

Pertunjukan “Nampi” mendapat sambutan hangat dari para penonton. Pementasan ini menjadi bukti bahwa teater tetap relevan sebagai medium kritik sosial dan ruang refleksi bersama di tengah dinamika masyarakat.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER