31 C
Kudus
Minggu, September 28, 2025

Butuh Tiga Tahun Eksperimen, Sidiq Akhirnya Temukan Resep Bakso Tombo Ati

BETANEWS.ID, KUDUS – Di tepi Jalan Kudus–Colo Kilometer 7, tepatnya di Desa Bae, Kecamatan Bae, Kudus, denting mangkuk dan sendok terdengar bersahutan di sebuah kedai sederhana bertuliskan “Mie Ayam dan Bakso Tombo Ati”. Di balik kesuksesan kedai yang hampir tak pernah sepi pelanggan itu, tersimpan kisah panjang perjuangan Sidiq, pemilik sekaligus peracik utama resep bakso khas yang telah memanjakan lidah para pelanggan sejak tahun 2013.

Saat ditemui beberapa waktu lalu, Sidiq sudi berbagi cerita tentang usahanya itu. Ia menjelaskan, bahwa nama “Tombo Ati” bukan sekadar pemikat. Sidiq memberi nama itu dengan harapan, siapa pun yang datang menikmati semangkuk bakso atau mi ayamnya bisa menemukan kehangatan dan pelipur hati.

“Saya ingin kedai ini bukan cuma tempat makan, tapi tempat orang bisa merasa lebih baik, lewat semangkuk makanan yang dibuat dari hati,” tuturnya.

-Advertisement-

Baca juga: Kakek 74 Tahun Jualan Pentol Keliling di CFD Kudus Demi Biaya Berobat

Yang membuat kedai ini istimewa adalah komitmen pada kualitas. Sidiq juga membeberkan, bahwa adonan baksonya 100 persen dari daging sapi, tanpa campuran daging ayam atau tepung berlebih seperti yang biasa ditemukan di pasaran. Cita rasanya gurih, teksturnya padat, serta kuah hangatnya yang kaya rempah.

“Rata-rata bakso itu ada campurannya. Tapi di sini murni daging sapi. Itu yang bikin beda,” jelas Sidiq.

Jenis menu yang ditawarkan pun beragam, mulai dari bakso urat, bakso balungan, bakso iga, bakso jumbo, hingga aneka mie ayam dengan topping bakso. Salah satu favorit pelanggan adalah bakso urat, yang laris manis karena rasa dagingnya kuat dan harga yang ramah di kantong.

Setelah bertahun-tahun meracik resep dan mencari rasa terbaik, kini Bakso Tombo Ati memiliki empat cabang di Kudus. Yakni di Desa Bae menjadi pusatnya dan sebelah timur Perumahan Gerbang Harapan, Gondangmanis.

“Kemudian ada yang di Tanjung Karang, dekat pasar Lentog. Lalu ada juga yang di Rejosari Ndengkol, tepatnya di pertigaan Ndengkol,” bebernya.

Sidiq tidak serta-merta menemukan racikan terbaik. Ia bercerita bahwa butuh waktu dua hingga tiga tahun untuk menemukan resep yang benar-benar pas.

Baca juga: Nasi Kuning Legendaris di Kudus Ini Masih Eksis Ditangan Generasi Ketiga

“Saya coba-coba terus, eksperimen tiap hari. Dari daging, bumbu, sampai kuahnya. Sampai akhirnya nemu rasa yang ‘klik’ dan bisa diterima pelanggan,” katanya.

Tak heran jika pelanggan datang silih berganti, dari pelajar, pekerja, hingga rombongan keluarga. Dalam sehari, kedai di Bae itu bisa menghabiskan 100 hingga 150 porsi, dan melonjak jadi 200 porsi saat akhir pekan.

Penulis: Eka Rahmania, mahasiswa PPL UIN Sunan Kudus, Editor: Ahmad Rosyidi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER