BETANEWS.ID, KUDUS – Di depan Toko Siliwangi Store, Desa Cendono, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, sebuah lapak sederhana tampak ramai dikerumuni pembeli. Lapak yang menjual cireng ayam suwir dengan merek “Nyemal-Nyemil” ini ternyata belum lama beroperasi.
Lapak ini milik Kurniatun Hidayah (23), atau yang akrab disapa Nia. Ia bercerita, setelah kontraknya di sebuah pabrik di Jepara berakhir, dirinya tak langsung memulai usaha. Nia sempat bekerja sebagai penjaga stand teh selama satu tahun hingga akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan.
Baca Juga: Semangat Jual Kerupuk di Usia Senja, Nasir: ‘Rezeki Sudah Ada yang Mengatur’
Tak ingin berlama-lama menganggur, ia pun memutuskan memulai bisnis sendiri. Awalnya, Nia hanya berjualan dari rumah selama dua bulan lebih sebelum akhirnya memberanikan diri membuka lapak di lokasi strategis dekat jalan raya. Keputusan itu terbukti tepat, karena banyak pembeli yang tertarik mencoba cireng buatannya.
“Setelah berhenti kerja, saya ingin usaha sendiri tanpa ikut orang lagi. Meskipun saya tahu risikonya harus mulai dari nol, tapi setidaknya ini bisnis milik saya sendiri. Alhmdulillah laku,sehari bisa menjual 150 hingga 170 cireng,” ujar Nia saat ditemui beberapa waktu lalu.
Cireng buatan Nia memiliki tiga varian isian, yaitu ayam suwir, bakso mercon, dan keju. Dari ketiga varian tersebut, cireng ayam suwir menjadi menu best seller.
“Resep ini awalnya saya pelajari dari YouTube, lalu saya coba buat sendiri di rumah. Awalnya banyak gagal, mulai dari adonan yang terlalu keras, sobek saat dibentuk, hingga ayamnya sempat basi,” ungkapnya.
Meski berkali-kali gagal, Nia tak menyerah dan terus mencoba. Hingga akhirnya dia menemukan resep adonan yang pas. Menurutnya, adonan cirengnya dibuat dari tepung tapioka, tepung terigu, bumbu penyedap, serta air secukupnya agar teksturnya tidak terlalu keras dan mudah dibentuk.
“Setelah terus mencoba, akhirnya saya percaya diri untuk menjualnya di GrabFood dan Shopee Food. Peminatnya juga banyak, jadi saya berani buka lapak di sini,” jelasnya.
Dengan target pasar anak-anak dan remaja, Nia mematok harga yang terjangkau, yaitu Rp 2.000 per biji untuk semua varian isian. Meski targetnya anak-anak, ternyata pelanggan Nia berasal dari berbagai kalangan usia, bahkan ada orang tua juga yang menyukai produknya.
“Harga segitu menurut saya masih terjangkau. Selain itu, ternyata bukan cuma anak-anak dan remaja yang suka, tapi banyak juga orang tua yang membeli,” tuturnya.
Baca Juga: Awalnya Coba-Coba, Mardiyah Kini Sukses Bisnis Rengginang hingga Raup Omzet Rp4 Juta Sehari
Biasanya, Nia berjualan dibantu sang adik. Lapaknya buka setiap hari mulai pukul 13.30 hingga 17.00 WIB. Menurut Nia, lokasi yang strategis, dekat dengan rumah dan jalan raya, menjadi salah satu faktor kesuksesannya.
“Kalau omzet lumayan lah. Selain rasa, mungkin faktor lokasi strategis juga ya,” tambahnya.
Penulis: Zuhaira Millatina, Mahasiswa Magang UNISNU Jepara
Editor: Ahmad Rosyidi