31 C
Kudus
Rabu, Mei 21, 2025

Belajar dari Kegagalan, Prof Intiyas Ajak Mahasiswa UMK Miliki Growth Mindset

BETANEWS.ID, KUDUS – Sorak semangat ratusan mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK) menggema saat mereka serempak meneriakkan kata “growth” dalam Seminar Nasional bertajuk Pendidikan dan Kesetaraan Gender, Senin (21/4/2025). Dengan antusias, mereka menjawab pertanyaan dari Profesor Intiyas Utami yang mengajak memilih untuk tetap pada fixed mindset atau berani melangkah dengan growth mindset.

Seminar ini digelar bertepatan dengan peringatan Hari Kartini. Melalui momen tersebut, mahasiswa terutama perempuan diajak untuk mengembangkan pola pikir bertumbuh, sebagai bekal menghadapi tantangan di dunia pendidikan dan kehidupan.

Baca Juga: Semangat Hari Kartini, Himapro PGSD UMK Angkat Isu Gender Lewat Seminar Nasional

-Advertisement-

Rektor perempuan pertama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) itu, menekankan bahwa growth mindset sangat penting, khususnya bagi perempuan. Menurutnya, kegagalan bukan akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses pembelajaran yang membentuk karakter dan ketangguhan.

Ia kemudian membagikan kisah pribadinya saat gagal mewujudkan cita-cita menjadi seorang dokter. Namun, nasihat bijak dari orang tua mendorongnya untuk tidak menyerah. Ia pun terus belajar hingga akhirnya berhasil meraih gelar profesor.

“Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan di mana, tapi kita bisa memilih bagaimana menjalani hidup. Saya memilih untuk terus belajar dan bertumbuh,” ujar perempuan yang akrab disapa Uut itu.

Menurutnya, kunci keberhasilan terletak pada karakter yang kuat. Seorang calon guru, lanjutnya, harus memiliki nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, disiplin, kemampuan bekerja sama, berpikir positif, serta mampu menyampaikan gagasan dengan baik. Guru, katanya, tidak bisa lepas dari kedisiplinan.

Sebaliknya, ia mengingatkan bahaya dari fixed mindset, pola pikir yang menyandarkan segalanya pada nasib. Menjadi pribadi yang pasrah memang pilihan, namun jauh lebih baik bila setiap individu memilih untuk bertumbuh dan terus bergerak maju.

Sudut pandang berbeda disampaikan oleh Mamik Indaryani, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMK, yang turut menjadi pemateri dalam seminar tersebut. Ia menyoroti pentingnya pendidikan dan kesetaraan gender dari sisi sosial dan ekonomi.

“Kalau ingin keluar dari lingkaran setan kemiskinan, perempuan harus berpendidikan. Jangan hanya menerima, tapi juga memberi. Kita harus saling membantu,” tegas perempuan yang akrab disapa Mamik itu.

Baginya, pendidikan bukan hanya soal angka atau gelar, melainkan kunci transformasi sosial. Ia juga menekankan pentingnya membudayakan gotong royong dan saling tolong dalam kehidupan bermasyarakat.

Terkait isu kesetaraan gender, Mamik menyebut bahwa konsep tersebut perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Meski pemerintah telah memiliki komitmen politik dalam mendorong kesetaraan gender, tantangan terbesar tetap terletak pada pola pikir masyarakat.

Ia kemudian menceritakan pengalamannya saat mendapati dua mahasiswa yang tampak sangat akrab. Ketika keduanya dipisahkan dalam kelas berbeda, muncul gejolak emosional yang cukup dalam. Hingga akhirnya, ia diminta untuk menyatukan mereka kembali dalam satu kelas.

Baca Juga: Terinspirasi RA Kartini, Wabup Bellinda Ingin Angkat Derajat Perempuan Kudus

Belakangan, diketahui bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar sahabat. Dari pengalaman itu, Mamik menarik pelajaran penting, bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap gender lain bisa menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan penyimpangan.

“Kalau perempuan tidak diperlakukan secara adil oleh gender yang berbeda, rasa tidak nyaman itu bisa memicu penyimpangan,” ujarnya.

Editor: Haikal Rosyada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

TERPOPULER