BETANEWS.ID, KUDUS – Mochamad Rizky Saputra (12), tampak cekatan melayani pembeli tahu pinggiran di depan rumah warga. Tahu yang ia wadahi basket putih itu tampak masih cucup banyak.
Meski malam semakin larut, bocah kelas VI Sekolah Dasar (SD) itu tampak tak lelah mengayuh sepedanya berkeliling desa demi desa di Kecamatan Undaan. Tujuannya cuma satu, yakni daganganya harus habis sebelum pulang untuk istirahat.
Anak sulung dari dua bersaudara ini setiap harinya berjualan tahu pinggiran dengan berkeliling di sekitar Desa Ngemplak, Wates, Undaan Lor, hingga Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.
Baca juga: Usaha Ortu Bangkrut Tempa Abduh Jadi Pebisnis Seragam Sekolah yang Sukses
Warga asli Kabupaten Grobogan yang kini ngontrak bersama keluarganya di Desa Ngemplak, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus itu setiap harinya berkeliling membawa 55 bungkus tahu untuk dijual. Harganya cukup terjangkau, hanya Rp3.000 per bungkus atau dua bungkus seharga Rp5.000.
“Kalau misalkan tahu belum terjual semua, saya masih berusaha untuk menjajakan hingga habis. Walaupun berkeliling ke beberapa desa. Pernah saya pulang hingga jam 11 malam, sampai tahunya terjual semua,” bebernya, belum lama ini.
Ia mengatakan, usaha jualan tahu keliling itu dimulainya setelah Lebaran 2024. Berawal dari kondisi ekonomi keluarga yang bisa dikatakan kurang mampu, Rizky berinisiatif berjualan tahu pinggiran untuk bantu orang tuanya. Tahu itu ia ambil dari pabrik di Ngembal, tempat ayahnya bekerja.
Lahir di keluarga yang kurang kecukupan, tak membuatnya bersedih. Justru ia menjadi anak tangguh di mana hasil penjualannya bisa dibuat bantu bayar kontrakan.
“Tidak ada paksaan dari orang tua, ini keinginan saya sendiri. Karena yang bekerja cuma ayah, ibu jadi ibu rumah tangga. Jadi sebagai anak pertama saya harus bekerja dan membantu perekonomian keluarga,” ungkap dia.
Baca juga: Tak Mau Jadi Karyawan, Rega Rintis Bisnis Pukis di Pinggir Jalan
Dia mengaku, menjualnya tahu dari pukul 16.00 hingga 21.00. Dalam sehari, ia bisa bolak-balik tiga kali untuk menjajakan tahu. Bahkan saat hujan, Rizky tetap semangat berjualan, dengan berbekal jas hujan.
āHasilnya saya tabung dan bayar kontrakan rumah, sebesar Rp300 ribu per bulan dari hasil jualan tahu,ā tuturnya.
Perjuangan Rizky bukan tanpa rintangan. Sebelumnya, ia hampir putus sekolah saat kelas lima SD karena masalah ekonomi keluarga. Namun, berkat semangatnya, ia terus bertahan dan kini bisa membantu orang tua sekaligus tetap bersekolah.
“Saya ingin membantu keluarga, juga untuk kebutuhan sehari-hari. Sekarang ini untuk biaya pendidikan saya dibantu orang untuk melanjutkan sekolah. Awalnya dulu pernah putus, dan ingin berjualan saja. Tapi sekarang ada yang bantu,” imbuhnya.
Editor: Ahmad Muhlisin