BETANEWS.ID, KUDUS – Maraknya petani di Kecamatan Undaan yang beralih menanam ketan mendapat perhatian dari anggota Komisi B DPRD Kabupaten Kudus, Budiono. Ia menilai peralihan ini dipicu harga ketan yang sebelumnya lebih tinggi dibanding padi.Â
Namun, dengan adanya intervensi pemerintah dalam menetapkan harga gabah, Budiono optimistis pola pikir petani akan berubah.
Baca Juga: Kudus ASIK, Inisiasi Djarum Foundation Wujudkan Kudus Apik dan ResikÂ
“Saat ini ada kebijakan dari pemerintah pusat melalui Badan Pangan Nasional yang menetapkan harga gabah minimal Rp6.500 per kilogram. Ini langkah penyelamatan harga agar petani tidak merugi,” katanya, Rabu (26/2/2025).
Ia mengungkapkan, tanpa intervensi harga, petani rentan menjadi korban permainan pasar. Hal itu membuat ketahanan pangan di Indonesia juga akan menjadi kendala.
“Kalau tidak ada kebijakan seperti ini, petani yang merupakan pejuang pangan bisa saja tidak menikmati hasil jerih payahnya. Alhamdulillah pemerintah hadir langsung untuk menstabilkan harga,” katanya.
Di Kecamatan Undaan, saat ini komposisi lahan pertanian didominasi ketan dengan perbandingan sekitar 80 persen ketan dan 20 persen padi. Budiono berharap dengan harga gabah yang sudah ditetapkan pemerintah, petani bisa kembali menanam padi untuk menjaga ketahanan pangan.
“Memang wajar kalau petani memilih ketan karena pertimbangan keuntungan. Tapi padi tetap harus diprioritaskan. Kita tidak ingin Undaan yang dikenal sebagai lumbung padi malah kekurangan produksi padi,” tegasnya.
Baca Juga: PPO PT Djarum Mampu Olah 50 Ton Sampah Organik Sehari
Selain harga, Budiono menyoroti pentingnya dukungan infrastruktur pertanian seperti irigasi, subsidi benih, dan ketersediaan pupuk.
“Pemerintah kabupaten harus hadir, apalagi Undaan ini sentra produksi pangan. Selain fisik, edukasi untuk petani juga penting agar mereka tidak terpaku pada pola konvensional,” jelasnya.
Editor: Haikal Rosyada