Pasar Sarwono, yang tersembunyi di Desa Wonosoco, Kudus, menawarkan pengalaman belanja unik di bawah rindangnya hutan jati. Dengan suasana asri, pasar ini menyajikan berbagai makanan dan minuman tradisional yang tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga menjadi daya tarik wisata.
Tri Karangtar, pengelola Pasar Sarwono membeberkan, keunikan Pasar Sarwono adalah sistem transaksinya yang menggunakan koin kayu. Menurutnya, sistem tersebut telah menjadi daya tarik utama, dengan penjualan koin mencapai 11.000 keping hingga 15.000 keping setiap kali pasar digelar. Dari penjualan koin tersebut, pendapatan yang dihasilkan pun luar biasa, yakni sekitar Rp20 juta hingga Rp24 juta per acara.
“Untuk tiket masuk, anak-anak di bawah 6 tahun gratis, sementara pengunjung dewasa hanya membayar Rp5.000. Setiap pasar digelar, koin kayu yang terjual bisa mencapai puluhan ribu, dan pendapatan dari pasar ini telah membantu masyarakat setempat mendapatkan penghasilan tambahan,” terangnya.
Baca juga: Pasar Sarwono, Destinasi Wisata Unik di Bawah Hutan Jati (1)
Pria yang akrab disapa Tri itu juga menjelaskan, sebelum adanya Pasar Sarwono, mayoritas warga Desa Wonosoco bekerja sebagai petani atau merantau ke luar daerah. Menurutnya, keberadaan pasar tersebut membawa dampak signifikan terhadap perekonomian desa.
Pasar Sarwono telah membuka peluang baru bagi warga desa untuk berwirausaha. Para pedagang dapat meraup pendapatan hingga ratusan ribu rupiah dalam sehari.
“Dulu masyarakat hanya bergantung pada hasil pertanian. Sekarang, dengan adanya pasar ini, mereka memiliki sumber pendapatan baru dari perdagangan di tempat wisata,” jelasnya.
Meski menuai kesuksesan, Pasar Sarwono juga tak luput dari tantangan, terutama dalam penyediaan koin kayu. Ketika pengunjung membludak, kebutuhan koin meningkat drastis hingga sering terjadi kekurangan. Untuk mengatasi hal itu, pengelola biasanya mengambil koin yang ada pada pedagang.
Baca juga: Gula Tumbu Kandangmas, Kudus, Telah Ada Sebelum Era Kolonial (1)
Selain itu, pengelola terus melakukan evaluasi dan perbaikan. Mereka juga melakukan studi banding ke pasar tradisional lain untuk menstandarkan harga dan menjaga higienitas makanan.
“Kami juga mengadakan pertemuan rutin untuk evaluasi agar Pasar Sarwono terus menjadi lebih baik,” tambahnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Reporter: Fiska Aditia dan Tsania Maulida, Mahasiswa Magang PBSI UMK, Editor: Ahmad Rosyidi